Kamis, 24 Juli 2008

Si-Biru yang Setia

Perkenalkan, kami adalah geng ibu-ibu istri karyawan pimpinan di salah satu perusahaan BUMN Perkebunan di wilayah Labuhan Batu Sumatera Utara. Kami tinggal di areal perkebunan yang jauh dari keramaian dan pusat kota. Akses untuk memperoleh informasi pun sangat minim. Alhasil, kami hidup menyendiri dalam satu komunitas yang sangat sedikit. Kondisi ini membuat kami sebagai perempuan-perempuan ibu rumah tangga menjadi akrab dan dekat satu dan yang lainnya. Rasa sepi kerap muncul apalagi saat suami harus berangkat bekerja dari pagi buta jam 06.00 ( ditempat kami jam 06.00 tuh masih gelap loh ) sampai pulang jam 16.00. Sebenarnya kami udah punya anak, tapi karena kualitas sekolah di areal pelosok kebun kurang memadai, maka anak-anak kami sekolahkan di kota Medan.
Kesepian saat suami bekerja sering kami manfaatkan untuk berkumpul dan bercengkerama. Dari hanya sekadar mengobrol sampai praktek membuat kue, menanam bunga, sampai belanja bareng-bareng ke pajak ( pasar ) dan pergi rekreasi. Pokoknya, gimana caranya supaya rasa sepi dan suntuk itu bisa dialihkan. Kalau nggak, wah wah wah…bisa-bisa kami cabut dari kebun karena nggak tahan dengan rasa bosan yang mendera. Kalau udah gitu kan kasihan suami-suami kita, jadi gak ada yang merawat hehehe…
Oya, tapi kami masih bersyukur loh, karena perusahaan mengertiiiii banget dengan keadaan ini. Makanya kami diberi fasilitas sebuah mobil plus sopirnya yang bisa dipakai untuk kegiatan apaaaaaaa aja. Intinya, supaya ibu-ibu tuh nggak bingung cari kendaraan lagi kalau pas mau belanja atau pergi ke luar kota. Pokoknya kami bebas memakai kapan, siapa, dan kemanapun deh ! Dan si-biru ( kami menjuluki mobil itu ) sangat setia dan baik hati sama kami. Nggak pernah manja apalagi rewel. Tenaga mesinnya paten sehingga selalu ready kapanpun dan kemanapun kami mau pergi. Eng ing eng…si-biru yang kokoh tuh ternyata kijang Krista. Sampe sekarang interiornya tetap mulus bagus, padahal kalau udah pergi rame-rame, tingkah kami di dalam mobil udah nggak terkontrol lagi deh. Interior ok, bodi luarnya pun seksiiiii banget, mulus nggak ada tergores. Padahal nih, kondisi jalan di daerah sumatera utara, apalagi kalau udah masuk areal perkebunan kelapa sawit, wiii ngeri deh, banyak lobang segede kolam ikan, terjal, licin, berbatu, dan sempit. Untung si-biru kami ini bandel, kalau nggak mana tahan dia dengan kondisi jalan seperti itu. Kalau mobil yang lain pasti yang ada capeee deeeh…hehehe…
Kami punya cerita seru nih pas lagi rekreasi belanja ( tetep shoping hehehe )sama si-biru. Waktu itu bulan Maret 2008 ( tanggalnya gak ingat lagi ) kami rame-rame pergi ke Tanjung Bale. Itu adalah tempat jual korden dan bahan ( kain ) dengan harga murah. Memang sih, untuk kordennya banyak yang second alias bekas. Tapi dijamin masih bagus-bagus banget, karena bekas bukan sembarang bekas loh. Yup, korden-korden itu bekas dipake di hotel-hotel dan kantor-kantor gitu, jadi masih bagus-bagus. Jadilah kami memborong korden dan bahan. Sampe berkarung-karung gitu hihihi…secara, kapan lagi ibu-ibu kebun ini bisa belanja, so ya dimanfaatin banget momen ini. Karena begitu kembali ke kebun, sepi lagi deeeehhh…makanya kami berlomba-lomba memborong korden dan bahan. Tawar-menawar pun tak terelakkan lagi. Kadang geli juga, udah tau murah banget masih pake ditawar pula. Dasar ibu-ibu…hihihi…Bahkan saking heboh dan riuhnya kami belanja, tak sadar kami ternyata sudah banyak diliatin orang. Diantaranya malah tersenyum sambil geleng-geleng kepala melihat tingkah kami. Mungkin mereka pikir kami datang dari planet lain yang nggak pernah shoping ya hehehe…
Lagi-lagi nih, untungnya si-biru kami ini tangguh dan lega alias gede. Bisa menampung karung-karung belanjaan kami. Dan bisa ditebak, mobil diisi penuh dengan karung belanjaan. Hihihi…bener-bener kayak orang udik deh. Norak abeesss !!! sepanjang perjalanan pulang, kami sudah dalam kondisi yang lelah teramat sangat. Si-biru sangat pengertian. Dengan hembusan ac yang sejuk dan minim getaran membuat kami terlena dan tertidur pulas meski saling berjejal dengan karung-karung belanjaan. Ahhh…Tanjung Bale kami tinggalkan dengan penuh kenangan manis. Apalagi untuk aku yang belum pernah singgah di tempat itu.
At last, si-biru membawa kami pulang. Kembali ke kebun yang sunyi dan terpencil. Suami-suami tercinta kami pasti sudah menunggu dengan penuh kerinduan. Dan kami masih berharap akan datang masa seperti itu lagi. Pelesir bersama kawan-kawan, naik si-biru tentunya hehehe…
***

6 komentar:

kamar keisha mengatakan...

hihihi..emang bener2 norak,mamak-mamak ini ya..aku tau tu tanjung bale,emang murah bgt..

IKBI Kebun Aek Nabara Utara mengatakan...

lucu lucu,seruw juga.lain x mau donk aku nitip kordennya,kan katanya muraaaahhhh,btw aku jg punya si-biru loh

Anonim mengatakan...

Yang pasti, warna dan gambar atas blog cantik ini kesukaan anak perempuan saya he he

catatan salwangga mengatakan...

seutu. seru abis. semangat ibu-ibu muda yang jauh dari mertua.

tapi, masih belum kebayang dech. seberapa terpencil daerahnya.

fien prasetyo mengatakan...

terpencil bgt bang...apalagi unt kita yg biasa hidup di pulau jawa yg segalanya serba ada dan mudah dicari..terasa bgt deh hidup di kebun sepiiiii...jd kangen pngen plg k jawa niii...

Fonda mengatakan...

terpencil jauh dari kesibukan kota...tapi fasilitas kendaraan tersedia...hhmmnn...kayaknya pejabat teras deh???...pejabat teras (manager) atau pejabat teras (satpam) yah..h.e.h.e.h.eh.e...
Lam kenal ah dari Om hansip