Senin, 14 Juli 2008

NN

Tangisnya memecah hening, meruntuhkan sepi

Terpekur di sudut temaram malam

Tersiram bias cahaya lampu kota

Yang mulai redup, mulai lengang…

Rasanya tinggal belulang rapuh

Yang sesaat lagi akan patah berkeping

Kulitnya legam saat siang membakar

Dan mengkerut kala dingin malam menusuk

Membiru dan perlahan memucat pasi

Sayap-sayap nyamuk dan lalat mengepak

Menguing berkeliling dalam suka

Menggerogoti secuil demi secuil sampai pupus

Bulan masih mengelus pasrah

Membiarkan angin menerbangkan busuk menelusup

Agar sampai pada hidung mereka yang terlelap

Berselimut hangat dan memintal mimpi indah

Hingga pagi menyeruak di sela isak

Saat tangis semalam terhenti sudah

Jasadnya dingin membeku

Tergeletak diantara kerumun mereka

Yang hanya bisa mengelus dada

Tanpa berbuat…

Kini lahat itu masih basah

Tanah itu masih merah

Dan tinggal nisan usang terpampang

“NN bin anak jalanan, Juli 2008”

Aek Nabara, 15 Juli 2008

Tidak ada komentar: