Kamis, 24 Juli 2008

Si-Biru yang Setia

Perkenalkan, kami adalah geng ibu-ibu istri karyawan pimpinan di salah satu perusahaan BUMN Perkebunan di wilayah Labuhan Batu Sumatera Utara. Kami tinggal di areal perkebunan yang jauh dari keramaian dan pusat kota. Akses untuk memperoleh informasi pun sangat minim. Alhasil, kami hidup menyendiri dalam satu komunitas yang sangat sedikit. Kondisi ini membuat kami sebagai perempuan-perempuan ibu rumah tangga menjadi akrab dan dekat satu dan yang lainnya. Rasa sepi kerap muncul apalagi saat suami harus berangkat bekerja dari pagi buta jam 06.00 ( ditempat kami jam 06.00 tuh masih gelap loh ) sampai pulang jam 16.00. Sebenarnya kami udah punya anak, tapi karena kualitas sekolah di areal pelosok kebun kurang memadai, maka anak-anak kami sekolahkan di kota Medan.
Kesepian saat suami bekerja sering kami manfaatkan untuk berkumpul dan bercengkerama. Dari hanya sekadar mengobrol sampai praktek membuat kue, menanam bunga, sampai belanja bareng-bareng ke pajak ( pasar ) dan pergi rekreasi. Pokoknya, gimana caranya supaya rasa sepi dan suntuk itu bisa dialihkan. Kalau nggak, wah wah wah…bisa-bisa kami cabut dari kebun karena nggak tahan dengan rasa bosan yang mendera. Kalau udah gitu kan kasihan suami-suami kita, jadi gak ada yang merawat hehehe…
Oya, tapi kami masih bersyukur loh, karena perusahaan mengertiiiii banget dengan keadaan ini. Makanya kami diberi fasilitas sebuah mobil plus sopirnya yang bisa dipakai untuk kegiatan apaaaaaaa aja. Intinya, supaya ibu-ibu tuh nggak bingung cari kendaraan lagi kalau pas mau belanja atau pergi ke luar kota. Pokoknya kami bebas memakai kapan, siapa, dan kemanapun deh ! Dan si-biru ( kami menjuluki mobil itu ) sangat setia dan baik hati sama kami. Nggak pernah manja apalagi rewel. Tenaga mesinnya paten sehingga selalu ready kapanpun dan kemanapun kami mau pergi. Eng ing eng…si-biru yang kokoh tuh ternyata kijang Krista. Sampe sekarang interiornya tetap mulus bagus, padahal kalau udah pergi rame-rame, tingkah kami di dalam mobil udah nggak terkontrol lagi deh. Interior ok, bodi luarnya pun seksiiiii banget, mulus nggak ada tergores. Padahal nih, kondisi jalan di daerah sumatera utara, apalagi kalau udah masuk areal perkebunan kelapa sawit, wiii ngeri deh, banyak lobang segede kolam ikan, terjal, licin, berbatu, dan sempit. Untung si-biru kami ini bandel, kalau nggak mana tahan dia dengan kondisi jalan seperti itu. Kalau mobil yang lain pasti yang ada capeee deeeh…hehehe…
Kami punya cerita seru nih pas lagi rekreasi belanja ( tetep shoping hehehe )sama si-biru. Waktu itu bulan Maret 2008 ( tanggalnya gak ingat lagi ) kami rame-rame pergi ke Tanjung Bale. Itu adalah tempat jual korden dan bahan ( kain ) dengan harga murah. Memang sih, untuk kordennya banyak yang second alias bekas. Tapi dijamin masih bagus-bagus banget, karena bekas bukan sembarang bekas loh. Yup, korden-korden itu bekas dipake di hotel-hotel dan kantor-kantor gitu, jadi masih bagus-bagus. Jadilah kami memborong korden dan bahan. Sampe berkarung-karung gitu hihihi…secara, kapan lagi ibu-ibu kebun ini bisa belanja, so ya dimanfaatin banget momen ini. Karena begitu kembali ke kebun, sepi lagi deeeehhh…makanya kami berlomba-lomba memborong korden dan bahan. Tawar-menawar pun tak terelakkan lagi. Kadang geli juga, udah tau murah banget masih pake ditawar pula. Dasar ibu-ibu…hihihi…Bahkan saking heboh dan riuhnya kami belanja, tak sadar kami ternyata sudah banyak diliatin orang. Diantaranya malah tersenyum sambil geleng-geleng kepala melihat tingkah kami. Mungkin mereka pikir kami datang dari planet lain yang nggak pernah shoping ya hehehe…
Lagi-lagi nih, untungnya si-biru kami ini tangguh dan lega alias gede. Bisa menampung karung-karung belanjaan kami. Dan bisa ditebak, mobil diisi penuh dengan karung belanjaan. Hihihi…bener-bener kayak orang udik deh. Norak abeesss !!! sepanjang perjalanan pulang, kami sudah dalam kondisi yang lelah teramat sangat. Si-biru sangat pengertian. Dengan hembusan ac yang sejuk dan minim getaran membuat kami terlena dan tertidur pulas meski saling berjejal dengan karung-karung belanjaan. Ahhh…Tanjung Bale kami tinggalkan dengan penuh kenangan manis. Apalagi untuk aku yang belum pernah singgah di tempat itu.
At last, si-biru membawa kami pulang. Kembali ke kebun yang sunyi dan terpencil. Suami-suami tercinta kami pasti sudah menunggu dengan penuh kerinduan. Dan kami masih berharap akan datang masa seperti itu lagi. Pelesir bersama kawan-kawan, naik si-biru tentunya hehehe…
***

Rabu, 23 Juli 2008

HUT Pernikahan ke-2, Bermunajat...

Alhamdulillah...hanya itu yg bisa kuucapkan sebagai rasa syukurku pada Allah,SWT.Hari ini tepat tgl 24 Juli 2008 adalah tahun ke-2 aku mengarungi bahtera rumah tangga bersama sang suami tercinta.meski baru 2 tahun,tapi aku bersyukur krn di usia yg masih dini itu Allah sudah begitu banyak memberiku kenikmatan.Rejeki yang lancar,jabatan,kesempatan yang selalu terbuka,cinta kasih yang tak henti merekah,kesetiaan yang selalu terjaga,kesehatan yg baik,banyak waktuku untuk beribadah,bisa sedikit membantu orang tua dan keluarga besar,dan anugerah yg paling indah, hadirnya si buah hati Keisha.Alhamdulillah...terima kasih Tuhan...tanpa kuasa-Mu,takkan pernah ada kenikmatan2 yg tiada tara itu...dua tahun memang belum punya makna lebih,tapi aku hanya ingin selalu bersyukur setiap saat...meski aku juga tak dapat memungkiri masih banyak kekuranganku yg setiap waktu kulakukan,tapi insyaAllah,Allah akan selalu menjadi pelindung & penyelamatku hingga akhir nanti...amiiin....
tak ada harapan yg muluk-muluk...aku & suamiku hanya ingin menjadi orang yg sabar, kuat, dan tabah serta ikhlas dlm menjalani hidup yg tidak mudah ini.Apalagi kami tinggal di perantauan yg jauh dari kampung halaman, tak ada sanak saudara satu-pun...bener2 sendiri ! Cukuplah Allah menjadi pelindung & penolong kami...moga kami senantiasa diberi kemudahan dan kelancaran dalam setiap langkah kami,dan hanya ridlo Allah yg kami cari...amiiin...

Cinta, Aku Berdo’a

Senantiasa aku abdikan cinta ini untukmu
Membalut sepi yang kerap mendera
Mematri kasih untukmu dan buah hati, kini
Hingga ujung waktu menghadang

Jika yang lain membelah jiwa
Aku pastikan seluruh jiwa dan ragaku milikmu
Karena aku tak mau terpisah olehmu
Terikat bersama dalam ijab selamanya

Masih begitu panjang perjalanan aku dan kamu
‘tuk merenda hari dengan penuh warna
Tertawa dalam suka ataupun menangis dalam duka
Terselimuti tabir keikhlasan dan kesabaran

Menyerahkan segala kisah ini pada-Nya
Karena kita hanya bisa berbuat
Merencanakan semua akan baik-baik saja
Sedang Dia yang memiliki kuasa…menentukan segala

Tak ada pesta bersama ria sepanjang ini
Tapi aku dan kamu tertunduk, hendaknya
Merunduk dalam lafadz do’a
Bersyukur hingga hari ini menjelang

Semoga cinta ini tak henti sepanjang ini
Tapi aku dan kamu tertunduk, hendaknya
Merunduk dalam lafadz do’a
Bersyukur hingga hari ini menjelang

Semoga cinta ini tak henti bersemi
Kesetiaan ini tak bosan mengiringi
Ketabahan tak jua beranjak
Dari kala itu, sekarang, hingga nanti…

*Kupersembahkan di hari ulang tahun ke-2 perkawinanku*

Aek Nabara, 24 Juli 2008

Minggu, 20 Juli 2008

Membunuh Badai

baiknya bunga itu melayu

Terkikis hujan hingga tenggelam dalam badai

Patah dan pecah berderai

Terbang bersama angin menyeberangi lautan

Pedih tak tertahan sang mahkota telah raib

Terenggut oleh air beraroma anyir

Tersapu waktu yang tak pernah mau tahu

Badai itu menghanguskan mimpi-mimpi yang terpintal rapi

Hampir tak ada celah maaf tersisa

Hampir menusuk harapan untuk kembali

Tak terlihat layar hati mengepak sempurna

Yang ada hanyalah sayap-sayap yang nyaris patah

Tubuhnya pasi dan membiru

Jantungnya semakin menghilang

Sesaat lagi langit bergemuruh mengabu

Dan perlahan ia menjelma

Gusar…kejam…buas…

Sebagai pembunuh dengan belati dendam

Membunuh waktu, membunuh badai…

Aek Nabara, 20 Juli 2008

Jumat, 18 Juli 2008

Gosip

Di ujung perjamuan berdendang

Mata terpicing berkeliling

Mengumbar syahwat sangka, membuka aib

Hingga mendung turun dan gerimis jua

Menggenangkan nanah yang baru

Menyayat borok yang sejatinya kering

Ternganga kembali…perih lagi…

Dan sumpah serapah itu menjelma bak sampah

Berbau busuk menebar diantara nafasnya

Diantara bualan-bualannya

Diantara kebohongan-kebohongannya

Diantara yang paling menarik

Diantara tipu daya yang membuta

Nyinyir mendendangkan kepalsuan

Kerap dirinya lupakan…

Aek Nabara, 18 Juli 2008

Aku Lelah

Lelah aku berdamai dengan hati

Lelah aku tersingkir dari asa

Selalu aku yang menanggung luka

Selalu aku yang memikul dosa

Selalu aku yang merasakan malu

Jiwa yang lemah itu tak mau lepas dari raga

Membuatku tak kuasa memberontak

Membuatku hanya bisa diam dan tersungkur

Melihat kegagalan mengoyak langkah

Melihat kekalahan membunuh mimpi

Langkah yang kumulai sejak kala itu

Mimpi yang kurajut sejak lama

Kini tinggal relung-relung rapuh

Serapuh rasa jiwa ini yang telah lelah…

Aek Nabara, 18 Juli 2008

Ibu Tiriku, Oase yang Sempat Hilang...

Ibu Tiriku, Oase yang Sempat Hilang...

Dulu kupikir bapak sudah tidak mencintai ibu lagi. Selang dua tahun sejak ibu meninggal, bapak memutuskan untuk menikah lagi. Jelas, bagiku, kala itu bapak sudah mengkhianati mendiang ibu. Sudah seperempat abad lebih ibu menemani bapak dengan setia dan tanpa mengeluh, tiba-tiba kini dengan mudahnya bapak melupakan ibu dengan menikahi seorang perempuan bernama Rina. Perempuan berjilbab itu masih tergolong muda, 40 tahun dan bapak 55 tahun. Meski janda tanpa anak, penampilannya masih seperti gadis saja. Pantas saja bapak seperti terlena dengan dia. Yang aku tak habis pikir, bagaimana mungkin perempuan itu mau dinikahi bapak yang sudah tua dan punya empat orang anak ? Sempat terbersit bahwa perempuan itu hanya mengincar harta bapak. Maklum, di kampung kami bapak memang tergolong orang yang cukup mapan. Tapi segera kutepis pikiran itu dan selanjutnya aku hanya bisa diam menyaksikan ijab Kabul kedua bapak itu.

Hari itu, hari pertama kali ada “perempuan asing” dalam rumah kami. Kami berempat cuma bisa terdiam melihat bapak dan perempuan itu terlihat begitu suka cita. Amarah dan sakit hatiku semakin memuncak ketika malam mulai larut. Bagaimana tidak, perempuan itu tidur dalam satu kamar dan satu ranjang dengan bapak. Seharusnya ibu yang ada disisi bapak, bukan dia. Lagi-lagi aku hanya bisa diam dan sedikit terisak dalam kamar, hingga tertidur…

Pagi hari, pukul 05.00 kudengar di dapur telah bising oleh suara orang memasak. Dengan sedikit masih mengantuk kucoba melihat apa yang telah terjadi di dapur. Sebab sejak ibu tiada, tak pernah ada lagi acara memasak di pagi hari. Masing-masing disibukkan dengan dirinya sendiri sehingga urusan sarapan pagi kami beli sendiri-sendiri di warung.

Aku terkesiap, beberapa jenis masakan telah tersedia di meja makan. Dan perempuan itu dengan sumringah menyapaku. “Udah bangun Fin ?”

Aku tak menjawab, hanya berlalu.

“Sholat subuh dulu Fin…” sambungnya kemudian.

Lagi-lagi aku tak menyahut.

Begitulah hari-hari kami sejak ada perempuan itu. Memang sedikit teratur, tapi tetap saja kuanggap itu cuma bentuk usaha dia untuk memikat hati kami, anak-anak bapak, terutama aku. Paling-paling hanya satu bulan pertama saja seperti itu, selanjutnya…ah !

Satu…dua…tiga…empat…lima bulan berlalu. Perempuan itu tetap konsisten menjalankan roda rumah tangga dengan baik. Mulai dari menyiapkan makan, mencuci, menyetrika, bersih-bersih rumah hingga mencari uang dengan menjalankan usaha berdagang baju-baju muslim. Memang, teman-temannya cukup banyak. Silih berganti datang ke rumah untuk melihat dan membeli baju-baju muslim yang diambilnya dari jawa tengah. Setiap hari, kalau tidak ada jadwal kuliah, aku sering mengintip dari balik jendela kamar yang memang berseberangan dengan ruang tamu. Perempuan itu begitu ramah dan telaten dalam melayani pembeli. Senyum merekah tak henti-hentinya tersungging dari bibirnya. Dan kulihat orang-orang itu begitu senang dengan bu Rina, begitulah terakhir aku memanggilnya. Tidak tampak di wajahnya rasa letih dan lelah. Padahal aku tahu, sejak dari sebelum subuh, bu Rina sudah bangun, memasak, mencuci, menyapu, mengepel, hingga menyiapkan segala kebutuhan bapak dan kami sebelum berangkat beraktifitas.

Hingga pernah, pada suatu hari, saat dirumah sepi, hanya ada aku dan bu Rina, ia bertanya padaku. “Fin, kalo lulus kuliah mau kerja apa ?”

Aku menggeleng, malas menanggapinya.

“Pasti kerja kantoran ya ? Ibu lihat Fifin suka menulis di komputer.”

Aku masih diam.

“Atau mau gak bisnis kayak ibu ?” tanyanya kali ini dengan nada bercanda

“Nggak.” Jawabku cepat

Bu Rina tertawa kecil, “Iya, kalau bisa raih cita-cita yang lebih tinggi lagi ya…fifin kan udah kuliah, harusnya bisa jadi yang lebih dari sekadar berjualan baju kayak ibu. Ibu dulu kan nggak kuliah, cuma tamatan SMP, jadi ya mana mungkin kerja di kantoran. Bisanya ya jualan gini aja. Tapi alhamdulillah, hasilnya lumayan juga lo…”

Seketika hatiku menciyut. Sedikit ada rasa kagum pada bu Rina.

“Dulu, ibu juga ingin jadi orang pintar, kerja di kantoran. Tapi sayang kondisi keuangan keluarga pada waktu itu gak memungkinkan untuk ibu bisa sekolah tinggi. Tapi ibu dulu bertekad ingin mandiri meski berbekal pendidikan yang minim. Makanya, fifin sekarang udah enak tuh, biaya sekolah ada, jadi jangan sampai semua itu terbuang sia-sia. Manfaatkan kesempatan yang ada dengan baik. Sebenarnya jadi apapun gak masalah, yang penting tidak bertentangan dengan agama dan dijalani dengan penuh tanggungjawab. Ibu doakan besok fin jadi orang sukses ya.”

Sederhana saja apa yang dikatakannya, tapi entah kenapa, tiba-tiba batinku bergejolak. Seperti tengah mendorong-dorong semangatku untuk bangkit. Apalagi saat ia katakan akan mendoakan aku untuk sukses...memang, sejak ibu meninggal, seperti hilang gairah hidupku. Parahnya lagi, tidak ada yang memberiku semangat. Bapak sibuk bekerja, sementara saudara-saudara kandungku pun tak pernah ada waktu untuk berbagi. Aku seperti menemukan tempat berlabuh, tempat bersandar. Seketika ingin rasanya aku menumpahkan segala isi hatiku yang selama ini terpasung dalam kesepian tanpa ibu. Kata-kata dan suara lembut bu Rina sanggup membiusku untuk terlena dalam dekapannya. Dan, kala itu aku memang jatuh dipelukannya dan menangis membasahi jilbabnya putihnya. Hari itu aku merasakan belaian yang begitu tulus. Meski tak dapat mengalahkan ibu, tapi aku cukup tenang bersamanya.

Bu Rina, ibu tiriku. Tak sanggup aku memanggilnya ibu seperti aku memanggil ibuku. Tapi aku dan juga ia tak pernah peduli. Kasih dan cinta tak hanya sebatas sebutan ibu. Sudah cukup bagiku petuah dan limpahan do’a yang bu Rina berikan padaku menjadi oase yang selama ini sempat hilang dari hidupku.

Kini, aku telah berumah tangga dan memiliki seorang puteri kecil berusia satu tahun. Dan kini aku menganggap bu Rina bukan saja sebagai ibu, tapi juga guruku dalam berkarya, temanku dalam suka, dan pelipur laraku dalam duka. Aku juga berdagang baju muslim dan bahkan memiliki langganan yang lebih besar dari bu Rina. Ah, bangganya aku. Tapi ternyata bu Rina lebih bangga padaku.

Bu Rina tak pernah lelah dan lalai menemani bapak, menapaki usia yang semakin senja. Kini aku lega, ibu di surga pasti juga bahagia, karena bu Rina menjadi pengganti peran ibu yang tulus. Satu hal yang sampai detik ini menjadi pembelajaran untukku dari bu Rina. Bagaimana bu Rina begitu berbesar hati saat dulu aku tak pernah mempedulikannya, bagaimana bu Rina begitu tabah menjalani hari-hari bersama bapak yang sempat sakit-sakitan, bagaimana juga bu Rina begitu bertanggungjawab menjalankan setiap tugas dan kewajibannya dalam mengurus rumah tangga dan kerjaan. Dan satu lagi bagaimana bu Rina begitu tulus menyayangi bapak, aku, dan saudara-saudaraku.

Seorang bu Rina telah membuka mata hatiku, bagaimana aku harus bisa menjadi perempuan mandiri dan kuat dalam mengarungi hidup. Tak harus menjadi kejam, otoriter, angkuh, ataupun keras hati untuk bisa mandiri dan kuat. Tapi justru kelembutan, kesabaran, serta keikhlasan akan membawa kita menjadi perempuan yang tak terkalahkan.***

*terpilih dlm 10 besar cermin indosiar 2008*

Kamis, 17 Juli 2008

Keisha Flu Berat

wahhh...mulai kemarin cinta lagi flu berat tuh...pilek batuk gak berhenti. maem gak enak, bobo nggak nyenyak...wahh jadi super manjaaaaa banget.apa yg dimaui kudu diturutin,kalo nggak, whaaaa...nangis kenceng banget.pokonya aku jadi serba salah deh.hhhh...sedihnya kalo anak lagi sakit gitu...kasian, abis anak sekecil itu kan belum bisa mengungkapkan apa yg dirasainnya.bisanya cuma nangis, nangis, dan nangis.apalagi nih, suamiku juga ada gejala2 mo flu berat juga.badannya lesu dan meriang.moga aja aku nggak tertular juga.kalo aku sakit juga kan nggak lucu, siapa donk yg merawat suami dan anakku yg juga lagi sakit itu ???tapi nie, biar sakit gitu, tetep aja ngga bisa diem. org sumatera bilang lasak banget.tapi ya mo gimana lagi, aku pun nggak bisa maksain dia untuk bed rest di tempat tidur.duuh sayang...cepet sembuh ya, bunda kangen deh ma cerianya cinta. ayah juga cepet baik ya, bunda jadi kesepian nih.biasanya kan kita suka usil, tapi kalo ayah sakit, jadi nggak punya kawan usil deh...kayak di foto itu deh...maksud hati mo mandi bebek aja pake air anget, krn kan lagi demam...tapiiiii cintaaaaa...malah hepiiii n gak mau diangkat dari bak....wah wah wah....

Sang Penari

Gemulai lentik jemari mengalun

Selembar selendang merah membelah sudut raga

Menghimpit rupiah diantara sela nafas

Lenggok pinggulnya hampir merebus birahi

Mendidihkan hayal menjadi nyata

Senyum dan tatapan penuh gairah mistis merasuki

Sampai malam melarut menjemput pagi

Serangkai bunga melati membaurkan wangi cemeti

Mulut berbisik lembut menularkan jampi-jampi

Menidurkan siapa saja yang menciumnya

Menaklukan siapa saja yang melihatnya

Terbawa dalam mimpinya

Terdampar dalam kisahnya

Sang perempuan penari itu tak kuasa tertawa dalam penat

Sambil sesekali menangis dibalik malam

Aek Nabara, 17 Juli 2008

Perempuan Bermata Elang

Matanya tajam seperti elang

Mencengkeram dunia, melepas mimpi

Kemarin ia termangu di sudut cermin

Melihat bayangan sendiri, tak kuasa

Matanya tajam merajam

Menerbangkan mereka yang takut terbang

Menjatuhkan mereka yang takut jatuh

Menghempaskan mereka yang takut terhempas

Melemparkan…menukik…tajam…hingga terjerembab dalam sesal

Perempuan bermata elang menutup hati

Hilang bersama waktu

Aek Nabara, 17 Juli 2008

Tertipu

Aku selalu dikatakan cantik

Semburat wajah sumringah bak mata air

Memilin mahkota berderai tawa memanja

Ria lepas begitu saja dari sahaja

Tak mampu membendung suka

Malu-malu…pelan-pelan…hingga terjatuh dalam buai

Terumpan mulut beracun, aku tak sadar…

Pagi, siang, malam terhanyut sungai berjeram

Lalu ragaku terkikis habis, dimakan ular

Sebentar lagi mati, terbius bisanya

Tapi aku terbangun, telanjang !

Ular itu melucuti kain sariku

Dan, ah ! aku kini tertipu (lagi) !!!

Aek Nabara, 17 Juli 2008

Rabu, 16 Juli 2008

SMS hari persahabatan se-dunia

Lagi enak2nya browsing net, eee barusan ponsel berdering sekali. Alert message tuh. setengah malas beranjak juga dari kursi.kebetulan ponselnya ada di meja makan.takutnya dari suami,biasanya tengah kerja suka kirim sms atau telpon, n suka komplain kalo aku sampe gak denger telpon ato smsnya hehehe...ternyata bukan.dari bu jen rato.kalo dah ibu2 yg ngirim pasti isinya gak jauh2 dari info kegiatan arisan (halah).tapi...yaaaaaahhh...aku keliru bo.emang jadi orang gak boleh su'udzon dulu ya.hihihi...terkaget-kaget aku baca isinya."sahabat adalah dia yg menghampiri ketika seluruh dunia menjauh.karena persahabatan itu seperti tangan dengan mata.saat tangan terluka,mata menangis.saat mata menangis,tangan menghapusnya.selamat hari persahabatan se-dunia..." gedubrak !!!walah...beneran nih yg ngirim bu jen rato ?hikshikshiks...terharu aku...(halah).Secara bu jen kan gak pernah akur ma aku.aku yg angkatan muda suka menentang feodalisme dan londoisme yg notabene ciri khas-nya angkatan tuwir macam bu jen rato itu.bu jen rato-pun nggak pernah bisa dan mau menerima keterbukaan dan demokrasi, apalagi dari aku yg dianggapnya masih junior.haaa???hari gini masih ada senior junior ????yap, itulah hidup di kebun.kolot dan primitif.tapiiii, gak tau ni kayaknya sejak ia menjelang pensiun kok agak melunak, jadi sedikit baik n gak sewenang-wenang ma aku. wah wah wah...bendera perdamaian mulai dikibarkan nih, pikirku.baguslah...hehehe...aku pun gak naruh curiga bakal ada udang di balik batu ato nggak. itu urusan dia ma Tuhan. yg penting aku menerima kebaikannya dengan ketulusan dan sukacita.dan sms yg ia kirim hari ini membuatku bersimpati loh...emang hari ini beneran hari persahabatan se-dunia ya ?!wah, aku nggak tau blas ! ya wes lah, terlepas dari semua itu, aku ucapkan aja lah untuk semua orang di seluruh dunia "selamat hari persahabatan" ya...untuk bu jen rato...makasih...mungkin hanya sebuah pesan singkat, tapi itu berarti buat aku loh...

Selasa, 15 Juli 2008

My Husband, Always !

Agak narsis ni ya, pake acara ngenalin keluarga hehehe...tapi gak papa, toh suami dan anak adalah sesuatu yang membahagiakan, jadi kenapa musti dirahasiakan, ya nggak ?ini adalah gambar suamiku.Namanya Prasetyo Mimboro, SP. kelahiran surabaya, 28 april 1981.Sekarang aku ikut dia yang lagi bertugas di kebun aek nabara utara PTPN3 Sumut sebagai asisten afdeling atau orang jawa bilang sinder.kami sebenarnya orang jawa timur, tapi karena tugas suami jadi merantau deh ke daerah sepi nan terpencil begini. tapi gpp, dimana aja yang penting bisa sama-sama dalam suka maupun duka ma suami dan anak. kami menikah pada 24 juli 2006 yang lalu. dan langsung hamil hehehe...bukan tiba-tiba kami berjodoh, tapi emang sudah enam tahun kami pacaran. terakhir kami sempat berjauhan selama setahun karena suami lebih dulu menetap di sumatera utara ini. and then setelah merit aku diboyong deh ke sumut. Hhh...aku bersyukur sekali bisa jadi beneran sama dia.selama enam tahun dan setahun terpisah ternyata tak membuat kami saling mengkhianati.kata orang sih, setia hehehe...meski ribut-ribut itu pasti ada, tapi alhamdulillah sampai saat ini selalu bisa mengalahkan egois untuk menyelesaikan ribut-ribut itu. di pekerjaan, aku dan suami tergolong paling muda. Suami 27th dan aku 26th, alhasil, kalo kemana-mana dandanan kami masih kayak anak muda yang masih pacaran. Malah, kalau aku jalan sendiri suka disangka masih kayak anak sekolah hehehe...padahal badan pada melar gini paska melahirkan...suamiku ini orangnya baik. Cuma satu aja yang kadang bikin aku agak jengkel. Sifat kerasnya itu lo, kadang membuat sebel. Keras hati dan keras nggak mau mengalah.dan gak bisa romantis juga.hhh...tapi aku sadar no bodies perfect bukan ?pasti dia juga punya komplain sama sifatku hehehe...tapi mungkin karena cinta yang pada akhirnya mengalahkan segala-galanya ya...at last i love u so much honey..moga kita bisa selamanya mengarungi hidup ini bersama-sama...amiiin...

Keisha Najasyi Rasyifa Mimboro

Keisha Najasyi Rasyifa Mimboro. Putri kecilku ini lahir di Jember 8 mei 2007 yang lalu. Terlahir secara caesar membuatku tak sempat lama bisa memberinya asi. Tapi aku yakin Cinta, demikian aku memanggilnya, cukup mengerti dengan kondisi ini. Aku yakin dia tahu bahwa bukan bundanya tak sayang, tapi karena memang keadaan waktu itu tak memungkinkan untukku menyusuinya. Secara kebetulan, aku mempersiapkan namanya jauh hari sebelum dia lahir dengan nama keisha. Kok ya lahirnya secara caesar, jadi mirip-mirip gitu antara keisha dan caesar. Tapi arti sebenarnya, keisha itu kecantikan dengan dua bola mata yang indah (dan pas lahir matanya memang sangat bersinar cemerlang.kata orang2 yang melihatnya begitu keluar dari kamar operasi, mata keisha terbuka lebar, melirik kesana kemari dan jernih!), najasyi adalah nama seorang raja yang juga sahabat nabi Muhammad saw. Raja itu sangat baik hati dan sangat terkenal kebijaksanaannya. Sedangkan Rasyifa artinya obat atau penyembuh atau penolong. Dan Mimboro itu nama marga dari ayahnya, Prasetyo mimboro. Secara besar harapanku agar kelak cinta menjadi perempuan cantik yang bijaksana dan memiliki jiwa penolong. Aku ingin cinta bisa melanjutkan cita-citaku menjadi seorang penulis dan ilmuwan. Meski tak ada niatan sedikitpun untuk memaksakan kehendak kepada anak, tapi jujur harapan itu tetap ada.Selebihnya aku ingin cinta menjadi perempuan yang mandiri dan percaya diri untuk menjadi dirinya sendiri.Sekarang Cinta sudah berusia 14 bulan.dia udah gemar corat-coret, bertelepon ria, dan asyik bermain-main komputer.selain itu dia nggak bisa diem, keliiliiing aja maunya. kalau jalan nggak mau digandeng, dan yang bikin geli, dia udah ngerti loh gimana cara memakai kalung, gelang, sisir, bedak, jam tangan, topi, baju, piring, sendok, gelas, gayung, sepatu, tas, mukena, sampe kacamata. hehehe...memang anak usia segini paling getol niruin gaya dan tingkah laku ayah bundanya ya...ya...mau nggak mau aku dan suami harus betul-betul bisa menjaga perilaku.jangan sampe perilaku buruk kami juga ditiru hehehe...Cinta...ayah dan bunda sayaaaaaang banget sama cinta...besok cinta harus mandiri ya sayang...karena hidup ini adalah perjuangan...berjuang untuk diri sendiri,orangtua,sesama, agama, bangsa dan negara...bunda pasti akan selalu mendoakan yang terbaik untuk cinta...@mo liat kamar keisha ? buka aja di http://www.kamarkeisha.blogspot.com, ok

Marah

Kalau ia berteriak hingga ujung langit pecah

Atau ia diam memendam sampai batas bawah tanah terbelah

Semua telinga mendengar

Atau tak satu pun yang tahu

Jika matanya memerah mendidih

Seperti ingin menerkam apa saja

Atau matanya terkatup rapat

Membawa kesunyian di taman kamboja

Semakin sunyi…senyap…

Alam dibuatnya tuli

Atau sepi seperti tak berpenghuni…

Aek Nabara, 15 Juli 2008

Senin, 14 Juli 2008

Kabarnya


Kabarnya perempuan itu setan

Yang menjelma dalam keharuman

Penebar kehancuran dengan kelembutan

Senyumnya membawa maut

Mengantar hidup lelaki ke lahat terakhir

Terkubur dalam-dalam, mati !

Begitukah…???

Tapi suamiku tak mati karena bercinta denganku ?!

Anak lelakiku juga tak mati karena kulahirkan ?!

Bapakku, kakekku, pamanku, semua tak mati karena aku dilahirkan ?!

Lalu siapa perempuan yang terkabar itu ???

Semua diam dan tak pernah terjawab

Entah…

Aek Nabara, 12 Juli 2008

Ketika Ingin


Lihatlah liangku mulai menganga

Meminta dengan liur menetes-netes

Haus akan sentuhan penuh cinta

Bukan hasrat yang diburu birahi

Ia memanggil-manggil penuh harap

Merintih tapi tak mengaduh

Ingin berbagi dan menerima

Saat benih itu disebar dalam nebula kasih

Hingga jatuh luruh menembus rasa

Terbang…melayang…tak tergapai…lepas…

Ia hanya ingin dimengerti

Ada kala mau dan tak mau

Harus dan tak harus atau boleh dan tak boleh

Tak terkoyak dengan egois

Tapi cukup dengan memanggilku, “sayang…”

Dan kau akan dapatkan lebih nikmat

Karena aku bersedia !

Aek Nabara, 12 Juli 2008

Bunga Mawar


Merekah bergincu merah terang

Mahkota segar berembun sejak pagi

Bergairah seperti ingin merayu siapa saja

Memaksa untuk mencium semerbak wewangian bidadari

Hingga terlena merengkuh terbuai

Tak sadar tangan pedih berdarah-darah

Sang Mawar berbalut duri tak segan mencakar

Mereka tak selalu tahu tentang bunga mawar

Yang hanya mau menggoda tapi tak ingin digoda

Aek Nabara, 12 Juli 2008

Do’anya


Bersimpuh ia dalam rona malam tak berbintang

Khusyuk melantunkan ampunan pada Sang Kuasa

Bukan untuknya semata tapi juga mereka, yang dikasihi

Yang mencintanya ataupun yang membencinya

Terselip diantara bermohon kebaikan

Yang tak mengenal siapa dan bagaimana

Ketulusan itu sanggup meluluhkan dendam

Sekaligus meredakan perih panjang

Ia…berhati lapang dan tertanam keikhlasan

Dunia ini kan berdamai oleh isak sanubarinya, ketika mendo’a…

Aek Nabara, 12 Juli 2008

kembang Desa


Sejak ia beranjak dewasa

Seperti menyibak kelopak yang menutup mahkota

Kuncup berkembang merah meranum

Sari menjadi harapan sang kumbang

Untuk dihisap…dijadikannya sebagai pelega dahaga

Merona malu-malu menanti-nanti gerangan

Sang kumbang datang dengan sayap terkepak

Seolah ingin gagah merebut sari dari serbuan kumbang lain

Sari bunga beterbangan…terbawa angin…jauh…

Hingga tak sadar kumbang telah meninggalkannya

Entah kemana…tanpa bisa memanggil…tanpa bisa mengejar…

Aek Nabara, 26 Juni 2008

Janda


Letih saat ngantuk mulai merasuk

Sementara tungku masih membara

Untuk sesuap nasi esok hari

Anak-anak dan ia sendiri

Disudut kasur lusuh, anak-anak tertidur

Lega, mungkin mereka tengah bermimpi bertemu bapaknya

Andai ia bisa menitip pesan

Akan meminta bisa selalu bermimpi

Angin malam menusuk hingga rusuk

Tapi pesanan kue ini tak bisa menunggu

Sang juragan tak mau kenal mengiba

Tertatih ia pun mencoba merebah

Tepat di depan tungku…hangat…

Dan ia pun terlelap dalam buai mimpi

Tanpa harus menitip pesan

Seperti ada rasa…hangat…

Meski sendiri saja !

Aek Nabara, 26 Juni 2008

Perempuan di Ujung Jalan


Berdekil legam terbakar matahari

Menunggu angin menyapu angan menerbangkan mimpi

Asa yang hingga kini tak jua bersua

Hampir separuh umur direlakannya kikis

Melupakan getirnya kisah pilu kala remang-remang

Tak sanggup melawan…tak kuasa menangkis

Hingga terkoyak-koyak…habis…hilang…sakit…

Perih itu masih terasakan

Waktu tak bisa merubah semuanya menjadi lebih baik

Kini tawanya lepas tak terbatas

Tangisnya berderai terkuras

Sesaat tertawa kemudian menangis…terus

Sampai matahari membenam letih bersinar

Perempuan itu…masih di ujung jalan…

Aek Nabara, 26 Juni 2008

Perempuan Berkata


Aku hanya ingin dibelai

Aku hanya ingin dicinta

Aku hanya ingin didengar

Aku hanya ingin dipeluk

Aku hanya ingin berarti

Aku hanya ingin berbagi

Dan aku akan berikan segalanya untukmu

Aek Nabara, 23 Juni 2008

Perempuan dan Hati


Jelaskan hatinya jika terluka

Jelaskan hatinya saat tersentuh

Jelaskan hatinya kala bahagia

Jelaskan hatinya waktu kosong

Perempuan berkata hatiku menangis

Perempuan berkata hatiku menangis

Perempuan berkata hatiku menangis

Perempuan berkata hatiku menangis

Aek Nabara, 23 Juni 2008

Ketika Perempuan Menangis


Matanya menerawang

Berkaca-kaca membayang

Bercermin dari kisah-kisah

Bergincu memecah cerita

Menjadi harapan

Atau dendam…?!

Aek Nabara, 23 Juni 2008

Membelai Perempuan


Dengan hati…

Dengan cinta…

Kasar itu akan melembut

Marah itu akan menjadi senyum

Airmata itu akan mengering

Luluh dengan sendiri

Pasrah membentang

Begitu mudah…

Aek Nabara, 23 Juni 2008

Ibu


Perempuan sejati adalah ibu

Lembut membelai namun tegas membela

Tak kenal lelah menjalankan kehidupan

Kehidupannya, anak-anaknya, dan suaminya

Tak pernah gentar melindungi

Selalu rela kehilangan waktu tidurnya

Tak dendam saat usia mencuri paras cantiknya

Karena yang ia rasakan hanya naluri keihklasan

Yang ia inginkan hanya melihat mereka terkasih bahagia

Dan ia hanya berharap Tuhan menyayanginya juga mereka terkasih

Lewat doa panjang tak terputus

Hingga mata menutup dan jasad terkubur

Aek Nabara, 22 Juni 2008

Wonder Woman


Dia tangguh saat menjalankan roda kehidupan

Dia menang melawan hierarki diskriminasi

Dia maju bersama semangat berkobar

Dia cerdas saat memimpin dunia

Suaranya lantang menantang kebodohan

Geraknya gesit mengejar cita-cita

Langkahnya tegap menyongsong masa depan

Wajahnya beringas berkelahi dengan waktu

Katanya, demi membela kaumnya

Katanya, untuk meruntuhkan patriarkhi

Katanya, tak mau lagi terpinggirkan

Katanya, harus sejajar dengan laki-laki

Tapi dia tetap luluh saat anak merengek

Dia selalu mengalah saat suami meminta

Dia tak pernah mendahului Tuhan

Dan dia merasa bodoh jika sampai bercerai

Suaranya lirih saat meninabobokan buah hati

Geraknya juga memanja ketika suami mengharap

Langkahnya tetap gemulai berbalut kebaya

Dan wajahnya selalu ayu tersenyum menyapa hari

Aek Nabara, 22 Juni 2008

Perempuan Diam


Bukan tak bisa bersuara

Bukan tak sanggup berteriak

Bukan tak mampu bergerak

Bukan juga tak pandai menjawab

Tapi bersuara dalam hati

Berteriak dalam perih

Bergerak dengan mata

Menjawab dengan sabar

Melawan dengan mengalah

Aek Nabara, 22 Juni 2008

Perempuan Mati


Lebam membiru perih mengaduh

Kebun binatang memaki

Tertunduk-tunduk sampai lutut

Terhuyung berlari

Terlambat, belati menghunus

Aek Nabara, 17 Juni 2008

Perempuan


Seorang perempuan

Menampar sunyi dibawah gincu

Tertawa menantang gelap

Terjatuh dalam kisah

Hanyut bersama sumpah serapah

Aek Nabara, 17 Juni 2008

Saat Diam

Diam di sudut hati kecil yang merindu

Menampik jiwa pongah yang tak lain mencinta

Ingin dibelai tanpa membelai

Mau dimengerti tanpa mau mengerti

Merasakan kalbu yang tak jua merasa

Memikirkan pikiran yang tak lekas berpikir

Berharap maaf tapi enggan memaafkan

Diam mengunci pintu sanubari rapat-rapat

Seonggok hasrat sejati berbalut kabut

Memburamkan cinta yang justru benderang

Diam bersama bimbang

Melangkah dengan ragu-ragu

Lalu kembali diam menunggu waktu

Diam tak bergeming membekukan suasana

Mengharap ada hangat kasih yang melelehkan

Diam…menunggu…diam…menunggu…

Sampai tak sempat raga bersentuh

Berjarak diam berjauhan menanti

Jika ini, maka diam adalah mencinta

Diam adalah permintaan ingin dicinta

Diam tak lain rasa merindu

Diam juga rasa ingin dirindu

Diam hanya berusaha mengerti

Diam jua ingin dimengerti

Diam adalah harapan memaafkan dan dimaafkan

Aek Nabara, 22 juni 2008

Sedang ingin

Biar kukoyak saja dada ini

Kubanting saja pintu hati

Kupecahkan kata-kata…bertubi-tubi

Lalu kunyalakan semua lentera raga

Agar kau mendadak terkejut

Tiba-tiba tersentak membelalak

Mulut meliur terhunus kata-kata

Lalu terkatup, diam seribu bahasa

Tengok saja setiap jengkal tubuhku

Ada yang menganga menunggu jawaban

Menyembul ingin dirasa

Bergeliat mau sesuatu menelusup

Di ujung, ke dalam, dan lebih ke dalam lagi…

Aku ingin ada yang terbangun dari lelap

Mencari membuai sang pengharap

Merangkai hasrat hingga langit ubun

Lalu jatuh menghujam !

Tertawa tanpa suara

Merintih tanpa mengaduh

Hingga mati bersama peluh !

Aek nabara, 8 juni 2008

NN

Tangisnya memecah hening, meruntuhkan sepi

Terpekur di sudut temaram malam

Tersiram bias cahaya lampu kota

Yang mulai redup, mulai lengang…

Rasanya tinggal belulang rapuh

Yang sesaat lagi akan patah berkeping

Kulitnya legam saat siang membakar

Dan mengkerut kala dingin malam menusuk

Membiru dan perlahan memucat pasi

Sayap-sayap nyamuk dan lalat mengepak

Menguing berkeliling dalam suka

Menggerogoti secuil demi secuil sampai pupus

Bulan masih mengelus pasrah

Membiarkan angin menerbangkan busuk menelusup

Agar sampai pada hidung mereka yang terlelap

Berselimut hangat dan memintal mimpi indah

Hingga pagi menyeruak di sela isak

Saat tangis semalam terhenti sudah

Jasadnya dingin membeku

Tergeletak diantara kerumun mereka

Yang hanya bisa mengelus dada

Tanpa berbuat…

Kini lahat itu masih basah

Tanah itu masih merah

Dan tinggal nisan usang terpampang

“NN bin anak jalanan, Juli 2008”

Aek Nabara, 15 Juli 2008

Kamis, 10 Juli 2008

Potret Sosial Remaja

Potret Sosial Remaja
23 Jan 2006 08:53:14
Fifin Chahyani R.N.

Membicarakan sinetron remaja tidak terlepas dari masalah melulu percintaan, pergaulan, gaya hidup, serta fashion. Tema-tema seperti itu menjadi wajar. Sebab, pada dasarnya, sinetron merupakan adopsi dari realitas kehidupan, yang kemudian dikemas dalam bentuk karya seni akting di televisi. Seperti ungkapan sutradara senior, Lukmantoro, dalam sebuah situs, "Bentuk-bentuk kesenian yang muncul tak bisa dilepaskan dari realitas sosial yang sedang berkembang."

Ketika dunia remaja identik dengan percintaan dan pergaulan yang terkesan hura-hura, maka hal itu direfleksikan dengan kemunculan sinetron-sinetron remaja yang bertemakan cinta dan pergaulan.

Memang tidak dapat kita mungkiri bahwa sebuah tayangan merupakan komoditas pasar yang cukup berpengaruh, terutama dalam hal meraup keuntungan. Pihak-pihak pembuat tayangan pun menyadari hal tersebut.

Bahkan, tayangan-tayangan itu sering terpengaruh budaya pop yang lebih menekankan estetika-resepsi daripada estetika-kreasi sehingga produk komersial lebih berarti dibandingkan produk yang betul-betul memperhatikan nilai seni dan kreativitas.

Kehidupan yang semakin modern membawa dunia remaja turut larut di dalamnya. Masa-masa pencarian jati diri— yang kerap memunculkan rasa keingintahuan begitu dalam terhadap sesuatu sehingga timbul perilaku-perilaku unik sekaligus aneh pada diri kaum remaja— menjadi tema menarik yang bisa diangkat ke layar kaca. Tentu saja, konsumen primer tayangan sinetron jenis tersebut tidak lain kaum remaja itu sendiri.

Berbekal bintang-bintang akting rupawan membawa dampak rasa ingin "meniru" dalam setiap benak remaja yang menonton. Sebab, mereka cenderung mengidolakan setiap bintang film rupawan dan menganggap bahwa apa yang dilakukan atau dikenakan sang idola merupakan suatu bentuk perwujudan jati diri mereka yang paling sempurna.

Seperti kita tahu, sinetron remaja yang banyak mengadopsi realitas sosial remaja ibu kota menginspirasi remaja-remaja di daerah untuk tampil seperti "yang ada di televisi".

Persoalan percintaan sering mengarah pada seks bebas, keputusasaan karena ditinggal pacar, transaksi cinta, melawan orang tua yang katanya "demi cinta", aborsi. Kemudian, persoalan pergaulan tidak luput dari narkoba, dugem, bergaya hidup mewah, serta persoalan fashion yang identik dengan tren pakaian-pakaian mini, ketat, aksesori-aksesori nan mahal, ponsel canggih, make up berlebihan. Semua itu merupakan gambaran sinetron remaja kita sekaligus refleksi kondisi sosial remaja kita saat ini.

Lihat saja bagaimana adik saya yang masih SMP meminta ponsel berkamera dengan paksa kepada orang tua karena dia memandang sudah saatnya anak seusianya ke mana-mana menenteng barang canggih tersebut.

Ketika ditanya ingin ponsel seperti apa, dia menunjuk sebuah adegan sinetron remaja yang kala itu aktrisnya tengah membawa ponsel di sekolah. Luar biasa sekali pantulan tingkah laku dan penampilan sang aktris dalam sinetron kepada anak SMP di daerah seperti adik saya tersebut.

Namun, kita tidak bisa serta merta menyalahkan pihak-pihak pembuat dan penayang sinetron remaja. Sebab, menurut Kracauer dan Purdy (1996), masyarakat sendirilah yang menghendaki sebuah film itu beredar.

Dengan kata lain, apabila saat ini banyak bermunculan sinetron remaja dan dinamikanya, berarti mentalitas remaja-remaja kita memang menghendaki yang demikian.

Tetapi, kita juga tidak lantas menyalahkan "kondisi sosial" remaja saat ini. Kondisi sosial mereka sekarang bisa jadi merupakan bentuk dari tingkat pengetahuan dan cara berpikir mereka yang semakin kritis. Sebab, teknologi semakin canggih sehingga budaya-budaya luar negeri begitu mudah memasuki dunia remaja kita.

Jadi, tidak salah juga jika remaja punya kondisi sosial yang mengkhawatirkan. Sebab, mereka merupakan sosok yang memang secara alamiah tengah mencari jati diri.

Lantas, siapa yang harus kita persalahkan ? Jawabannya tidak ada. Bukan saatnya kita memikirkan dan menuduh siapa yang salah karena setiap pihak pasti punya rasionalitas masing-masing.

Yang terpenting adalah bagaimana kita menyikapi keadaan itu dengan bijak. Sinetron remaja tetap merupakan karya seni yang harus kita hargai sehingga tidak perlu rasanya jika sinetron remaja dihujat atau bahkan dihapus saja dari layar kaca.

Namun ada baiknya kalau konsep sinetron remaja dibuat "santun" agar dampak negative imitation-nya tidak terlalu berlebihan. Remaja sendiri tidak bisa dituntut untuk berubah seperti yang orang tua inginkan. Dunia remaja adalah dunia remaja, suka tidak suka memang harus dilalui. Tinggal bagaimana orang tua, guru, atau kita yang lebih tua bisa memberikan pendampingan, baik secara psikologis maupun sosiologis, agar remaja tidak salah arah dalam memaknai dunia mereka.

Cukup meluangkan waktu untuk sekadar mendampingi mereka ketika menonton televisi serta menjadi "teman" diskusi yang baik bagi mereka. Sederhana bukan?

Fifin Chahyani R.N., cerpenis alumnus Universitas Jember
re : dimuat di jawa pos 23 jan 2006

aku lagi maleeessss

Tau nie, beberapa hari ni tuh aku maleeeeesss banget mo nulis. rasanya otakku dah mentok ga bisa mikir lagi. Dah dibuat jalan-jalan sama suamiku tapi ya kok tetep aja ngga bisa mikir. Padahal da banyak tugasku menulis yg dah antre untuk dikerjain. Mulai dari nge-blog sampe buat naskah untuk ikutan lomba nulis.
Whuaaaaahhh...dah coba ngintip tulisan2 p.ewa di www.webersis.com biar semangat lagi, tapiiii hiks...hiks..ga mempan juga...ga kupaksain lah, rehat dulu...tapi deadline terus mengejar tanpa peduli aku lagi males ato lagi apapun ! ya iyalah...
Parahnya lagi nie,kalo lagi belanja ke pasar suka lupa bawa belanjaan yg dah dibeli ! sampe rumah bingung nyari belanjaan yg dah dibeli tadi, gak ada!
walllaaaaahhh...kehilangan konsentrasi emang bikin syusyah...bikin kacau ! untung aja nggak lupa ma suami dan anak hehehe...
katanya, kalo lagi buntu, ya ditulis aja buntunya itu...hasilnya ya ini, lagi buntu trus ditulis buntunya. Banyak nggerutunya, banyak ngomelnya, banyak ngeluhnya, hahaha...ga papa lah ya...pokoknya keep on writing, bukan begitu ???
Trus gimana soal deadline tuh ya ??? apa iya pake sistem kebut semalam aja ? hihihi...jadi inget jaman kuliah dulu, belajarnya suka sks alias sistem kebut semalam...tapi la kok ndilalah nilainya bagus-bagus terus hehehe...
walah...anakku dateng...pasti maunya sabotase pc-ku ni...tuh kan beneeeerrrr...ya dah nak...ni bunda ngalah...bunda kasiiii daaaahhh....met otak-atik pc yach...rusakin pun gak papa...biar ntar bisa belajar dari kerusakan itu, ya ! hehehe....
ok...see u next time...moga gak bad mood lagi...byeeeeee......