Senin, 14 Juli 2008

Ketika Ingin


Lihatlah liangku mulai menganga

Meminta dengan liur menetes-netes

Haus akan sentuhan penuh cinta

Bukan hasrat yang diburu birahi

Ia memanggil-manggil penuh harap

Merintih tapi tak mengaduh

Ingin berbagi dan menerima

Saat benih itu disebar dalam nebula kasih

Hingga jatuh luruh menembus rasa

Terbang…melayang…tak tergapai…lepas…

Ia hanya ingin dimengerti

Ada kala mau dan tak mau

Harus dan tak harus atau boleh dan tak boleh

Tak terkoyak dengan egois

Tapi cukup dengan memanggilku, “sayang…”

Dan kau akan dapatkan lebih nikmat

Karena aku bersedia !

Aek Nabara, 12 Juli 2008

3 komentar:

catatan salwangga mengatakan...

hitam memang malam
kelam memang rasa lelah

bukan mau atau tidak
bukan sekarang atau nanti
bukan ini atau itu

tapi,

lidah manusia terkadang kelu
saat nikmat badan menyatu

lidah sering tak berasa,
walau didalam mulut

kenikmatan lebih sering kurang,
meski melimpah didapat

namun,
penderitaan serasa berkarung-karung
padahal setetes

fien prasetyo mengatakan...

Semoga tdk terjadi (lagi) pemerkosaan dlm rumah tangga @salam

fien prasetyo mengatakan...

puisinya bagus, mau aku belajar @salam