Minggu, 20 Juli 2008

Membunuh Badai

baiknya bunga itu melayu

Terkikis hujan hingga tenggelam dalam badai

Patah dan pecah berderai

Terbang bersama angin menyeberangi lautan

Pedih tak tertahan sang mahkota telah raib

Terenggut oleh air beraroma anyir

Tersapu waktu yang tak pernah mau tahu

Badai itu menghanguskan mimpi-mimpi yang terpintal rapi

Hampir tak ada celah maaf tersisa

Hampir menusuk harapan untuk kembali

Tak terlihat layar hati mengepak sempurna

Yang ada hanyalah sayap-sayap yang nyaris patah

Tubuhnya pasi dan membiru

Jantungnya semakin menghilang

Sesaat lagi langit bergemuruh mengabu

Dan perlahan ia menjelma

Gusar…kejam…buas…

Sebagai pembunuh dengan belati dendam

Membunuh waktu, membunuh badai…

Aek Nabara, 20 Juli 2008

2 komentar:

Anonim mengatakan...

puisi yang bagus dan eksotis, mbak fien. diksinya cerdas, gambaran suasananya sangat imajintaif. saya merasakan suasana muram dan tragis di dalamnya. mbak fien punya potensi besar utk menjadi seorang penyair hebat. btw, sering diskusi sastra, nggak, mbak?

fien prasetyo mengatakan...

waahh..pak sawali nie hehehe..makasih dah mampir ya pak..sering2 makin seneng nie...baru bljr kok pak,diskusi sastra pernah tp udah dulu pak, jaman kuliah hehehe...kalo p.sawali mo ngajakin sy diskusi satra & sharing,waaahhh...seneeeeng bgt ni pak..tp sy baru pemula loh pak...mantap ni mo bljr banyak dr p.sawali..@salam