Jumat, 21 Agustus 2009

telah terbit buku ke-2 Fien...

alhamdulillah,,seneng bgt..buku ke-2 yg memuat tulisan fien udah terbit lagi..kemaren iseng-iseng k gramed juga dah nampang di rak buku..bangga bgt rasanya,apalagi bisa bersanding dg penulis-penulis lain yg jauh lebih tinggi jam terbangnya ketimbang fien..jadi makin semangat buat menulis..menulis..dan menulis lagi...smoga buku itu bisa diambil manfaatnya unt kita smua yah..thx buwat elex media computindo,indosiar yg dah mengapresiasi tulisan fien (bahkan bs masuk 10 besar terbaik)..moga komunitas penulis cermin makin jaya dan produktif...

Sabtu, 15 Agustus 2009

Cinta Sejati Berawal Dari Kain Merah-Putih

Anakku yang baru berusia 3 tahun bertanya :“Bunda..ini apa ?” sambil menunjuk pada selembar kain merah-putih yang ada di tanganku.

“ini bendera bangsa kita sayang...sebentar lagi kita akan merayakan hari kemerdekaan, bunda mau mengibarkan bendera ini di tiang depan rumah kita…” jelasku, meski aku pun tak yakin dia mengerti dengan penjelasanku

Dia terdiam sambil melihat ke arah setiap rumah di komplek perumahan kami, lalu bertanya lagi : “Rumah kak Dira, kak Rani, bang Putra, kok nggak ada benderanya bunda ?” mimiknya teramat polos

“Mungkin belum dipasang sayang…” jawabku sambil mengerek bendera hingga puncak tiang dan mematikan talinya.

Kulihat anakku mendongak tak berpaling melihat bendera yang kupasang berkibar-kibar di atas tiang. Seperti ada rasa kekaguman dan kebanggaan luar biasa tengah ia rasakan. Aku sendiri tak bisa memastikan apa yang sedang ia pikirkan saat itu, yang jelas selama ini aku tak pernah melihatnya seserius itu dalam melihat sesuatu, sampai beberapa lama tak berpaling sedikit pun. Bahkan saat kuajak ia masuk ke rumah, ia tak mau dan memilih duduk di teras sambil terus memandangi kibaran Sang Merah Putih di udara.

Sambil tersenyum aku mengikutinya dan menemaninya duduk di teras. Karena penasaran aku coba bertanya padanya, “Kei suka ya liat bendera itu ? dari tadi bunda liat asik betul liatnya..”

Anakku mengangguk cepat, “Iya bunda, benderanya bagus...kak Dira, kak Rani, bang Putra nggak punya bendera ya bunda ?”

“Punya sayang…tapi mungkin masih disimpan dirumah,belum dipasang seperti punya kita…” jawabku setengah geli

“Kenapa bendera kita dipasang bunda ?”

“Karena kita cinta Indonesia sayang…bunda, adek, ayah, nenek, kakek, semuanya dilahirkan dan rumahnya di Indonesia, jadi kita semua cinta sama Indonesia…” jelasku dengan bahasa yang seringan mungkin

“Bunda, Kei mau kerumah kak Dira, kak Rani sama bang Putra ya ?” pintanya setengah merengek

“Tapi ini masih siang sayang…nanti kak Dira, kak Rani, sama bang Putranya masih bobok siang…”

“Nggak mau..pokoknya Kei mau kerumah kak Dira, kak Rani, sama bang Putra…” teriaknya dengan gaya memaksa

Akhirnya, kuijinkan juga anakku pergi kerumah kawan-kawan mainnya di komplek rumah kami itu.

Dengan semangat 45 ia pun bergegas pergi...
***
Tak lama berselang, si-kecilku yang cerdas itu telah kembali dengan wajah yang sumringah. Rona berseri nampak jelas di wajah polosnya itu. Aku menyambutnya dengan pertanyaan

“Loh, kok cepat mainnya sayang ? pasti kak Dira, kak Rani sama bang Putra masih bobok siang kan ?” tebakku

Kei menggeleng, “Bunda, nanti rumah kak Dira, kak Rani sama bang Putra juga ada benderanya…tadi Kei suruh mamanya kak Dira, kak Rani sama bang Putra pasang bendera kayak rumah kita..” jawabnya dengan bangga

Aku tak dapat berkata-kata lagi selain bangga yang luar biasa pada anakku, terlebih saat aku bisa merasukinya dengan nilai-nilai nasionalisme walaupun masih dengan gaya anak-anak yang sangat sederhana.

“Trus, apa kata mama mereka sayang ?” tanyaku lagi

“Katanya mau dipasang sebentar lagi bunda…” jawabnya sambil mengambil segelas air minum. Tampaknya ia kehausan karena baru saja mengemban rasa tanggungjawab untuk menyampaikan pesan mengibarkan bendera merah putih di rumah-rumah komplek kami di tengah terik matahari yang tepat di atas ubun-ubun.

Aku memeluk anakku dengan hangat sebagai hadiah untuk perbuatan baiknya hari ini.
***
Siang berlalu berganti sore, anakku tak jua mau diajak tidur siang. Kulihat dia tengah gelisah mondar-mandir di teras rumah kami. Matanya yang bulat tak henti-henti berkeliling memandangi setiap rumah di komplek kami.

“Kenapa sayang ?”

“Bunda..kok benderanya belum dipasang sih ?” tanyanya dengan nada kesal

Aku terdiam, sangat mengerti dengan kegundahan yang dirasakan anakku.

“Sebentar lagi sayang…ditunggu aja ya..” jawabku menenangkannya.

Aku berlalu meninggalkannya dan menuju dalam rumah. Kuraih ponsel di meja dan tanpa sepengetahuannya aku telpon mamanya Dira, mamanya Rani, dan mamanya bang Putra

“Kak Ulfa, tadi Kei ke rumah kakak ya ? dia ngapain kak ?” tanyaku begitu tersambung dengan kak Ulfa, mamanya Dira

“Oohh..iya dek, tadi dia ngasih tau kakak supaya pasang bendera di depan rumah heheheee..” jawab kak Ulfa

“Maka itu lah kak, tengoklah dia sekarang gelisah aja di teras depan rumah karena rumah kakak belum terpasang benderanya…heheheee…cepet kakak pasang lah kak, biar dia lega…” saranku

“o iya dek, ini rencananya juga mau pasang..hehehe..lucu kali ah si Kei..hahahaaa…”

Begitu juga dengan yang lain, terpaksa aku telpon satu-satu supaya segera pasang benderanya.

Hingga akhirnya tak seberapa lama setiap rumah pun telah mengibarkan bendera merah putihnya. Kei kegirangan.

“Bunda…sekarang semuanya sudah punya bendera…sekarang semuanya sudah cinta Indonesia…!!!” teriaknya sambil melompat-lompat

Aku tersenyum geli. Ada seberkas keharuan yang kurasakan. Kepolosan seorang anak kecil tak bisa berdusta. Saat ia mengatakan mencintai itu adalah cinta yang nyata. Meski berawal dari selembar kain Merah-Putih yang ia-pun tak tahu pasti apa maknanya, namun justru di situlah aku dengan mudah bisa mengajarkan anakku dengan pelajaran-pelajaran nasionalisme, tentu saja dengan bahasa dia.

Pada intinya, jiwa nasionalisme itu harus dipupuk sejak dini. Memberikan informasi-informasi kebenaran tentang sejarah dan perjuangan bangsa dapat menumbuhkan rasa kebangsaan yang tinggi.

Kalau bukan anak-anak Indonesia yang bisa menghargai bangsanya, siapa lagi ?! Aku berharap semoga sekelumit cerita kecil tentang anakku dan bendera merah-putih tadi dapat menjadi tonggak kokohnya jiwa nasionalisme-nya dan juga anak-anak Indonesia yang lain.

MERDEKA !!!