Kamis, 09 Oktober 2008

Mereka yg Menolaknya

Langit mendung bergelayut di sudut kampung bernama aek nabara. Malam dingin menusuk hingga menelusup dalam raga. Sedang asik2nya tidur, tiba2 pintu rumahku digedor2 oleh laki-laki. Dengan suaranya yg nyaring, sontak membuatku terbangun mendadak dan buru2 bangkit dari tempat tidur. Kuhampiri daddy yg masih asik maen game dg wajah setengah sadar.

“Dad, siapa tuh..malem-malem gini ?” tanyaku pelan
“Biar daddy liat dulu ya..” kata daddy sambil menenangkanku

Sementara aku menguntit di belakang daddy. Mengikutinya membuka pintu. Seorang laki-laki yang kukenal berkeringat dingin menyampaikan tujuan kedatangannya. Ya, dia adalah salah satu karyawan anggota daddy di kerjaan. Namanya pak Jijas.

“Ada apa pak ?” Tanya daddy langsung
“Pak, saya minta tolong…boleh saya pinjam mobil bapak untuk ngantar istri saya ke rumah sakit ?”
“Lo, kenapa istri pak Jijas ?”
“Keguguran pak, sekarang sedang blooding (pendarahan) hebat dirumah..saya tak mungkin bawa naik kereta (sepeda motor)..” jelasnya pucat pasi
“O gitu…ya boleh aja..siapa yg setir ?” Tanya daddy turut cemas
“itulah pak..yg setir pun tak ada…” jawab pak Jijas sedih
Daddy menghela nafas panjang
“Ya sudah, biar saya yang antar. Tunggu sebentar ya.” Putus daddy akhirnya

“Bunda ikut ya..” pinta daddy begitu kami masuk ke dalam rumah
“Adek gimana ?” tanyaku ragu
“ya udah, bopong aja gih..”
Tanpa babibu lagi aku pun turut serta…adek yg lagi nyenyak2nya bobok terpaksa kubopong juga…tapi untung dianya gak bangun hehehe….

Sampai dirumah pak Jijas, sudah banyak orang berkerumun. Maklum, mereka tinggal di lingkungan perkampungan yang rumahnya sangat berdekatan (areal kebun sawit dan karet).

OMG, aku melihat darah berceceran di kasur dan dilantai tempat bu Jijas telentang sambil terus-menerus mengaduh dan sesekali bergulung2 di lantai menahan rasa sakit yg mendera…Wajahnya pucat seperti kehabisan darah…ah, tak tega aku melihatnya

Segera, kami pun berangkat ke rumah sakit terdekat. Dan syukurlah, bu Jijas segera mendapatkan pertolongan dari pihak RS…

Usut punya usut, kemarin saat aku menjenguk bu Jijas yg masih tergolek lemas di RS, ia menceritakan perihal kenapa ia sampai keguguran seperti itu

“Sebenernya sengaja digugurkan bu..” katanya pelan
Aku terbelalak mendengar pengakuan itu
“Kok bisa ? Kenapa ???”
“Abis saya bingung bu. Suami saya tak mau saya hamil lagi. Dia tak mau punya anak lagi, katanya susah menghidupinya. Akhirnya saya tak tau lagi harus gimana, sementara saya sudah terlanjur hamil dan berjalan 3 bulan. Lalu saya minum jamu-jamuan yg bisa menggugurkan kandungan..”
“Astaghfirullah…kok bisa sampe setega itu sih bu ? Sementara banyak yg nggak punya anak ingin punya anak…ibu kok sia-siakan ?” ucapku sambil kugenggam jemarinya
“Ya saya bingung bu. Suami marah begitu tau saya hamil dan tak mau tau, bayi ini harus digugurkan, katanya..”

Aku menghela nafas dalam-dalam. Kalau mau egois, aku ingin rasanya memaki-maki dan menampar pak Jijas. Ingin rasanya menghujat suami istri ini dengan segenap rasa kesal dan emosi. Tapi tak kulakukan. Aku sadar, bahwa setiap orang berhak untuk berbuat dan mereka pasti punya alasan kenapa berbuat. Sedangkan aku hanya pihak ketiga yg tak tau persis bagaimana rasanya berada di posisi mereka. Mungkin, bisa saja, who knows, aku atau kita semua bisa mengalami hal yg sama dengan mereka saat kondisi seperti itu terjadi…

Sudahlah, toh semua sudah terjadi. Rasanya percuma aku kalau harus menghakimi mereka. Lebih baik aku memberi advice untuk mereka ttg hikmah dari semua peristiwa ini. Kuanggap kemarin mereka khilaf karena persoalan hidup yg menumpuk mungkin. Tapi kini semuanya jelas. Aku yakin mereka juga sudah tau apa yg harus mereka lakukan ke depan dengan terjadinya peristiwa ini…

Di suatu kesempatan berbeda, aku dan daddy banyak memberikan masukan untuk suami istri yg sudah dikaruniai dua orang anak itu. Dengan bahasa tak menggurui tentunya.

“Itulah pak...bukan cuma membahayakan janin, tapi juga ibunya…” tutur daddy sambil menghisap rokok
“Lagian pak, setiap anak itu kan punya rejeki masing2…masa harus dikorbankan. Anak itu rejeki loh pak, bu..”
“Iya, lagian kan anak juga ditanggung perusahaan pak..” aku menimpali

So far, hanya itu yg bisa aku dan daddy nasehatkan untuk mereka. Selebihnya aku yakin bahwa mereka lebih paham ttg kondisi mereka sendiri…

Hhh…kalo inget kejadian itu rasanya aku masih ingin murka aja loh hehehe…

BTW, lagi-lagi, perempuan selalu menjadi korban yak…hhhhhhhh...hiks…

5 komentar:

Haris mengatakan...

Hemmm Fien, mas baru tau aek nabara itu nama kampung dimana fien tinggal. Mas ngeliat di bawah puisi-puisinya tertulis aek nabara.

Btw, begitulah... disatu sisi ada pasangan suami istri yg menolak kehadiran calon bayi mereka, disisi lain ada pasangan yg sudah bertahun-tahun berharap mendapatkan seorang anak.

Haris mengatakan...

Fien, ada award dari saya, silahkan diambil di blog pondokku http://kajapa.blogspot.com

Riri mengatakan...

alow mbak, salam kenal... bunda juga pernah ngalamin teman bunda yang sengaja mengugurkan karena suaminya enggak mau. Kok tega ya? padahal khan mereka berbuat? hiks

fien prasetyo mengatakan...

@erik
whaaah tenkyu bgt y mas..jd mkin smngt ng-blog neh..

@bunda rierie
allow..slm knal jg bunda..iy tuh,tega bgt ya..hhh...*sedih*

Anonim mengatakan...

btw, trus akhirnya bener ilang janin nya? ato masih bisa dipertahankan? untung ibunya selamat ya? semoga itu bisa jadi pembelajaran ga cuman buat pak jijas dan istri tapi juga buat warga sekitar yang ikut liat kejadian itu...