Terkikis hujan hingga tenggelam dalam badai
Patah dan pecah berderai
Terbang bersama angin menyeberangi lautan
Pedih tak tertahan sang mahkota telah raib
Terenggut oleh air beraroma anyir
Tersapu waktu yang tak pernah mau tahu
Badai itu menghanguskan mimpi-mimpi yang terpintal rapi
Hampir tak ada celah maaf tersisa
Hampir menusuk harapan untuk kembali
Tak terlihat layar hati mengepak sempurna
Yang ada hanyalah sayap-sayap yang nyaris patah
Tubuhnya pasi dan membiru
Jantungnya semakin menghilang
Sesaat lagi langit bergemuruh mengabu
Dan perlahan ia menjelma
Gusar…kejam…buas…
Sebagai pembunuh dengan belati dendam
Membunuh waktu, membunuh badai…
Aek Nabara, 20 Juli 2008
2 komentar:
puisi yang bagus dan eksotis, mbak fien. diksinya cerdas, gambaran suasananya sangat imajintaif. saya merasakan suasana muram dan tragis di dalamnya. mbak fien punya potensi besar utk menjadi seorang penyair hebat. btw, sering diskusi sastra, nggak, mbak?
waahh..pak sawali nie hehehe..makasih dah mampir ya pak..sering2 makin seneng nie...baru bljr kok pak,diskusi sastra pernah tp udah dulu pak, jaman kuliah hehehe...kalo p.sawali mo ngajakin sy diskusi satra & sharing,waaahhh...seneeeeng bgt ni pak..tp sy baru pemula loh pak...mantap ni mo bljr banyak dr p.sawali..@salam
Posting Komentar