Jumat, 05 September 2008

Seroja

Mengharapkan nafas wangi dari seorangnya
Mengikis kegalauan yang singgah meratap
Seperti samudera tanpa tepi
Tak ubahnya merindukan hujan di musim kemarau
Menyimpan harapan di kuil kehidupan
Akan cintanya yang tersapu kelabu
Menghilang dibalik kabut mendung matanya
Menatap lembut apapun yang sudah mengingkarinya
Tak pupus sahaja di atas derita
Bertahun tahun…sendiri melepas penat di ujung kaki
Hingga ujung bumi tersingkap oleh cahayanya
Putih…suci…ia mati berkafan seroja…

3 komentar:

Jenny Oetomo mengatakan...

dramatis sekali nasib seroja, Salam

Anonim mengatakan...

kasian si seroja... biar gue temenin deh

Multama Nazri mengatakan...

seroja yang malang...walau indah...