Kamis, 04 September 2008

Jilbab, Sebuah Hidayah

Jilbab. Aku mulai mengenakannya saat baru pertama kuliah (tahun 2000-an). Meski aku sudah lama ingin memakainya, namun baru tahun 2000-an itulah kesampaian. Memakai jilbab dengan sepenuh hati.

Namun, bukan tanpa kisah hingga akhirnya aku berjilbab. Ada kenangan didalamnya yang alhamdulillah kenangan itu membawa barokah untukku dan ibu. Kenangan yang membawa sejarah penting dalam kehidupanku terutama kehidupan religiku.

Sore itu, dirumah hanya tinggal aku, ibu, dan bapak. Bapak asyik membabati ilalang yang ada dibelakang rumah. Sedangkan ibu tengah bergulat dengan bumbu-bumbu masakan di dapur. Aku sendiri lagi serius menonton tv didalam rumah sambil mengerjakan beberapa tugas kuliah.

Tak seberapa lama, tiba-tiba aku mendengar suara teriakan minta tolong dari samping rumah. Lirih dan sepertinya sedang menahan sakit. Mulanya aku tak peduli, karena kupikir itu hanya perasaanku saja. Tapi, makin lama suara itu makin jelas dan terus menerus. Aku pun segera beranjak dan mencari muasal suara minta tolong tsb. Begitu sampai di pintu samping rumah, Oh God ! Ibu ! ya, ibu sudah banjir darah dan tergeletak di parit samping rumah. Aku sangat panik dan segera berlari memanggil bapak, karena aku pasti nggak kuat mengangkat ibu sendirian. Begitu bapak datang kamipun segera mengangkat ibu berdua dan membopongnya ke kamar. Sementara darah udah menetes dimana-mana. Tubuh ibu lemas dan pucat serta badannya kotor sekali karena tercebur di parit. Aku me-lap tubuh ibu. Kulihat kepala ibu terus mengucurkan darah segar. Sepertinya kepala ibu bocor. Kutekan terus luka itu agar darah nggak terus mengucur. Tapi apa daya, luka itu terlalu menganga besar sehingga aku tak kuasa menahan kucuran darah itu. Dan ibu sudah semakin pucat.

Rupanya ibu tadi terpeleset jatuh ke parit dan kepalanya membentur paku tajam yang ada di sudut jembatan kecil hingga bocor seperti itu…

Akhirnya, tanpa banyak pertimbangan lagi, bapak dan aku segera membawa ibu ke UGD di RS terdekat. Dan ibu pun mendapat pertolongan pertama sekaligus operasi kecil untuk menjahit luka itu. Hhh…saat itu aku benar-benar panik. Apalagi melihat darah yang begitu banyak..membuatku miris…

Ibu harus opname pasca operasi. Tapi alhamdulillah…semua kepanikan kemarin berlalu sudah. Dan ibu telah berada di ruang pavilyun. Semakin hari semakin pulih. Bisa tertawa lagi. Apalagi setelah dua hari opname, besoknya ibu sudah boleh pulang.

Sebelum pulang, ibu sempat minta sesuatu padaku.

“Fin, besok bawain jilbab ya…mama mau pake”

“Pake jilbab ma ? kenapa ?” tanyaku heran

“Iya nih, mama malu, separuh rambut mama kan dibotakin pas operasi kemarin. Jahitannya juga kelihatan banget…lucu jadinya”

Aku tersenyum, “Ya ampun ma, botaknya kan memang karna abis dijahit operasi, kenapa musti malu sih ?”

“Udah ah, bawain aja ya jilbabnya…”pinta ibu

Aku mengangguk

Besoknya aku bawakan ibu jilbab warna hitam yang selama ini hanya tersimpan rapi di lemari. Nggak pernah dipake kecuali pas pengajian aja.

Ibu memakai jilbab itu. Aku terkesiap. Entah kenapa kali ini ibu begitu cantik memakai jilbab. Padahal biasanya kalo mo pengajian juga pake tapi biasa-biasa aja tuh.

“Cantik ma..dipake terus ya…” pujiku disambut senyuman ibu

Akhirnya, selama rambut ibu belum tumbuh rata dan luka bekas jahitan masih belum kering betul, ibu tak pernah lepas dari jilbab. Bahkan, aku juga ikut-ikutan pake jilbab, karena ibu memintaku untuk menemaninya pake jilbab. Tiap hari, kemana-mana kami berdua selalu memakai jilbab.

Waktu berlalu, hingga tanpa sadar rambut ibu telah tumbuh rata seperti sedia kala dan luka jahitan ibu sudah kering. Namun ibu tetap mengenakan jilbab.

“Ma..rambutnya kan udah lebat tuh, masih pake jilbab ?” tanyaku suatu hari

“Iya fin, mama ngga mau lepasin ni jilbab. Rasanya jadi enggak enak kalo nggak pake jilbab. Udah biasa kali ya…tapi mama udah mantab kok mau pake jilbab terus. Hati ini rasanya tenang kalo kemana-mana pake jilbab.” Jawab ibu yakin

Aku terharu sekali, “Iya ma…fifin juga nggak mo lepas nih jilbab. Mo terus pake jilbab aja..” ujarku tak kalah yakin

Itulah akhirnya kami sepakat untuk konsekwen dalam berjilbab. Bukan hanya karena sudah terbiasa saja tapi lebih pada berusaha memenuhi kewajiban sebagai umat muslim. Selain itu memang betul, ada semacam ketenangan batin saat kita memakai jilbab terutama di tempat keramaian. Seperti ada rasa aman gitu…

Bahkan nih, alhamdulillah tak lama setelah aku dan ibu memutuskan berjilbab, ibu dan bapak mendapat panggilan dari Allah SWT untuk menunaikan ibadah haji. Sesudahnya, semakin kami memperdalam ajaran Islam yang satu ini…

Yang menggembirakan lagi, kekasihku (suamiku saat ini) sangat mendukung aku untuk berjilbab. Malah dia yang antusias sekali membelikan aku berbagai macam jilbab untuk aku kenakan. Hhh…senangnya…laki-laki seperti ini yang aku dambakan selama ini…selalu mengajarkan kebaikan untukku…

Yaa…itu tadi kisahku tentang jilbab yang hingga kini selalu kukenakan. Hanya suamiku seorang yang berhak dan bisa melihat fisikku tanpa jilbab…mudah-mudahan saja bukan hanya kepalaku saja yang berjilbab tapi juga hati ini ya…karena bagaimanapun juga aku hanya manusia biasa yang jauh dari sempurna…masih banyak kekurangan pada diriku…bahkan kadang sebagai perempuan berjilbab-pun aku masih belum bisa menjaga tutur kata dan perbuatanku…hhh…tapi setidaknya aku sudah berusaha menunaikan kewajibanku sebagai seorang muslimah kaaannn (berjilbab) meski yaaa…mungkin masih jauh dari jilbab yang sempurna…

Itulah tadi sepenggal cerita yang alhamdulilah membawa hikmah dalam hidupku…Allah SWT memang Maha Adil ya…dibalik peristiwa berdarah itu masih ada secerca kebaikan yang kadangkala tidak kita sadari…malah sekarang aku bersyukur dengan adanya peristiwa itu…krn melalui peristiwa itu Allah memberikan hidayah kepada ibu dan aku yaitu jilbab…menutup aurat…

3 komentar:

Bambang Saswanda Harahap mengatakan...

jilbab....
kriteria penting untuk memilih pasangan hidup.. sebagai laki2 yang kadang2 usil.. memang saya lebih pikir2 untuk godain perempuan memakai jilbab.. identitas keislaman nya mengetuk hati saya untuk tidak berbuat yang tidak sepantasnya..

meme story mengatakan...

suatu saat insya ALLAH aku akan berjilbab juga .. tapi entah kapan.. semoga hidayah datang padaku sebelum aku menutup mata..

fien prasetyo mengatakan...

@timur matahari
semoga bukan ditujukan hanya unt perempuan berjilbab saja ya mas tp juga untuk seluruh perempuan di muka bumi ni...

@meme story
amiiin..aku ykin meme pasti tbh cantiiiiik kalo pake jilbab..