Rabu, 21 Mei 2008

Puisi Keprihatinan

Anak kecil itu terpekur di sudut reot
Matanya nanar dan perutnya membuncit
Bibir terkatup rapat…
Bahkan merintih pun tak sanggup

Sementara itu emak beringas
Bapak merenda simpul temali
Sebilah pisau berkarat menghunus
Sejurus keduanya menggelepar

Seribu mata hanya bisa melihat miris
Tangan berbuat hanya untuk mengelus dada
Kaki melangkah cuma menuju liang lahat
Hati berkasihan dan sekadar turut berduka cita

Sekian waktu berlalu begitu saja
Hembusan angin nan anyir menyeruak
Memanggil siapa saja yang terpanggil
Dan seribu mata itupun datang kembali

Melihat miris lagi
Mengelus dada lagi
Menuju liang lahat lagi
Dan berduka cita lagi

Cuma lalat yang tahu kapan dia mati
Karena lalat selalu mengerubungi
Hingga matanya menutup
Semua masih misteri…
Apa sebabnya mereka mati…???!
@Aek nabara, march 12nd 2008

Tidak ada komentar: