Selasa, 03 Februari 2009

AKU ADALAH PEREMPUAN INDONESIA

Aku bangga terlahir sebagai perempuan Indonesia. Punya budaya yang kaya akan makna tapi tetap sederhana dan bersahaja. Senantiasa memancarkan rona kecantikan yang alami, unik, dan khas. Dan yang pasti perempuan Indonesia nggak pernah mati gaya. Selalu punya potensi untuk maju dan berkembang. Apapun profesi perempuan Indonesia, dari yang kerja kantoran, polwan, satpan wanita, sopir, tukang parkir, montir, guru, sampai ibu rumah tangga sejati, semuanya berhak untuk maju dengan tetap menjadi diri sendiri.

Tapi bukan hal yang mudah untuk mewujudkan itu. Aku sadar bahwa akan banyak rintangan yang harus dihadapi meski aku juga tahu bahwa tidak ada hal yang mustahil untuk dilakukan. Perempuan Indonesia harus bisa berdaya untuk negeri ini dan mandiri untuk dirinya sendiri.

Sebagai perempuan yang lahir dan bermetamorfosa di negeri tercinta ini, aku punya harapan yang besar. Terutama ingin menampilkan perempuan-perempuan Indonesia di kancah kehidupan bangsa. Mulai dari panggung politik, ekonomi, sosial budaya, hukum, hankam, pertanian, hingga kesenian. Apapun bidangnya, aku yakin perempuan Indonesia bisa memberi yang terbaik untuk bangsanya.

HAPUSKAN STEREOTIP

Hal pertama yang harus dilakukan adalah menghapuskan stereotip terhadap perempuan. Perempuan Indonesia berhak untuk maju dan menajdi dirinya sendiri. Jangan ada lagi kebijakan-kebijakan yang justru menyebabkan perempuan menjadi termarginalkan. Bangsa Indonesia harus bisa membuka diri untuk menerima perempuan dalam partisipasinya di setiap bidang kehidupan. Meyakini bahwa perempuan juga punya kemampuan untuk sejajar dengan kaum pria dalam memberi kontribusi nyata pada negeri ini. Bahkan sudah saatnya perempuan harus dilibatkan dalam setiap hal, karena disadari atau tidak, perempuan mempunyai kelebihan good feeling dibanding kaum pria, sehingga dalam mengambil keputusan, keberadaan perempuan sangatlah diperlukan. Seperti halnya keberadaan seorang istri bagi perjalanan karir suami. Hal ini harus menjadi perhatian serius bagi pemerintah kita.

MENGGALAKKAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

Seringkali kita sebagai perempuan sendiri tidak menyadari bahwa kita tengah terkungkung oleh budaya patriakhi. Karena wujudnya yang semu sehingga perempuan kerap terkecoh. Meski ada juga yang sudah menyadarinya tapi ternyata tak mampu berbuat apa-apa dan memilih untuk diam tak bertindak upaya.

Seperti kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga ( KDRT ) semakin hari semakin menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Bahkan bukan hanya menimpa perempuan dari kalangan menengah ke bawah tapi juga dialami perempuan yang memiliki kelas kehidupan tinggi. Hal ini membuktikan bahwa tingkat pendidikan yang tinggi belum sepenuhnya menjamin perempuan Indonesia terbebas dari belenggu segala bentuk penindasan.

Sudah saatnya perempuan Indonesia bangkit dan membela kaumnya sendiri. Sebab, kalau bukan perempuan itu sendiri, siapa lagi yang akan membela kaum perempuan ?
Tidak usah muluk-muluk. Kita mulai saja dari diri kita sendiri. Membuka hati dan pikiran tentang hak kita sebagai perempuan. Tentu saja hal ini juga harus dilakukan oleh penggiat perempuan melalui sosialisasi-sosialisasi dan kampanye yang membela perempuan. Pendekatan sosiologis dan psikologis harus terus dilakukan tanpa kenal lelah. Memberi advice kepada perempuan Indonesia tentang pentingnya kemandirian dan kepercayaan pada diri sendiri. Setiap perempuan punya potensi untuk maju. Itu yang menjadi kunci pembangkit semangat yang selama ini tenggelam oleh ketidakberdayaan.

Perlu disosialisasikan juga bahwa menciptakan perempuan berdaya berbeda dengan menyalahi kodrat. Perempuan berdaya bukan berarti meninggalkan kewajibannya sebagai seorang perempuan secara kodrati. Perlu ditegaskan kembali bahwa hak dan kewajiban adalah sesuatu hal yang berbeda. Yang dimaksudkan perempuan berdaya disini adalah perempuan yang bisa menghargai hak-haknya tanpa meninggalkan kewajibannya. Ini penting untuk dimengerti agar tidak ada kesalahpahaman di kemudian hari.

MENCETAK PARTISIPASI AKTIF PEREMPUAN

Apabila konsep pemberdayaan perempuan telah berhasil diciptakan, maka langkah selanjutnya adalah membina perempuan untuk terlibat aktif dalam berbagai bidang kehidupan bangsa dan negara. Perempuan harus diberikan lampu hijau untuk mengasah diri sehingga menjadi individu yang memiliki karakter kuat di bidangnya masing-masing.

Hal yang paling primer disini adalah keterlibatan perempuan Indonesia dalam kancah politik negeri. Tidak dapat kita pungkiri bahwa bidang politik masih menjadi pondasi utama bagi terciptanya tujuan sebuah bangsa. Maka tak pelak, bidang politik harus menjadi prioritas dalam mencetak partisipasi aktif perempuan.

Selama ini memang sudah ada kuota bagi perempuan untuk bisa duduk di kursi dewan. 30 persen kuota itu seyogyanya dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi kaum perempuan. Namun pada kenyataannya banyak perempuan yang enggan atau tidak memenuhi kuota yang telah diberikan pemerintah tersebut.

Kondisi inilah yang harus dicermati. Mengapa perempuan tidak begitu antusias untuk memenuhi haknya tersebut ? Untuk itulah penting adanya untuk melakukan gerakan yang bertujuan guna mencetak partisipasi aktif perempuan. Apalagi banyak perempuan Indonesia yang mempunyai dasar pendidikan yang memadai jika dicalonkan untuk duduk di kursi dewan.

Dengan terpilihnya perempuan di parlemen pemerintah, maka akan berdampak besar bagi kesejahteraan bersama dan kemajuan kaum perempuan itu sendiri.


PEREMPUAN dan PERAN GANDA

Perempuan telah terbukti memiliki kemampuan dasar dalam mengelola dua manajemen sekaligus. Sebagai wanita karir, perempuan sanggup menjalankan kewajibannya dan bersikap loyal kepada perusahaan yang menaunginya. Semuanya dijalankan dengan profesional. Disisi lain perempuan berperan sebagai ibu rumah tangga yang harus dijalaninya dalam waktu 24 jam tanpa pamrih. Hal ini membuktikan bahwa perempuan adalah sosok yang mampu bekerja keras dengan keikhlasan dan ketekunan. Ini penting bagi sebuah Negara. Sosok anak bangsa yang loyal, tekun, dan jujur sangat langka ditemui saat ini. Aku rasa, perempuan punya kriteria seperti itu. Jadi, hendaknya tidak ada alasan lagi bagi Negara ini untuk menganaktirikan perempuan.

PEREMPUAN dan PERDAMAIAN

Persatuan bangsa sangat mutlak dibutuhkan. Apalagi masa-masa sekarang persatuan itu perlahan mulai luntur seiring dengan salah kaprahnya masyarakat dalam memaknai sebuah demokrasi. Demokrasi adalah kebebasan yang bertanggungjawab. Seharusnya tidak menimbulkan perpecahan seperti pada kenyataannya sekarang.

Aku yakin keberadaan perempuan bisa menjadi pendingin dan penengah konflik yang timbul di setiap daerah. Pada hakikatnya perempuan dikaruniai jiwa dan hati yang lembut dan tenang. Sifat inilah yang nantinya akan membawa pesan damai bagi seluruh masyarakat di penjuru negeri ini.

Masih ingat bukan akan pepatah : Bersatu Kita Teguh Bercerai Kita Runtuh ? Sudah jelas bahwa persatuan dan kesatuan bangsa mutlak menjadi syarat utama kokohnya sebuah negara. Dan aku akan merekomendasikan perempuan sebagai sosok utama pemersatu itu.

AKU BANGGA MENJADI PEREMPUAN INDONESIA

Pada akhirnya, aku sebagai perempuan Indonesia dan perempuan-perempuan Indonesia lainnya akan bersama-sama menyumbangkan tenaga dan pikiran ini untuk kepentingan negeri tercinta. Memperjuangkan hak-hak perempuan Indonesia yang masih tertindas agar dapat bergabung untuk berperan aktif dalam membangun negara. Apapun profesi dan bidang yang digeluti, perempuan Indonesia tetap memiliki potensi dan akses yang berdaya untuk turut serta membangun negeri ini. Negeri yang sejatinya elok dan punya kebersahajaan yang tak dimiliki negara lainnya.

Aku bangga menjadi perempuan Indonesia. Aku bangga menjadi bagian dari negeri ini. Aku bangga lahir dan dibesarkan di Indonesia. Merdeka !!!

10 komentar:

MUKIYO mengatakan...

Bangkitlah sebagai Kartini-Kartini baru. Bangkitlah bangsaku, Bangkitlah Negeriku.
Salam kenal.

fien prasetyo mengatakan...

yup..kartini yg sejati..yg hanya dimiliki bangsa ini saja..tengkyu semangatnya..slm kenal juga ya RCO

Jenny Oetomo mengatakan...

Postingan yang mantap, semoga perempuan Indonesia mengerti akan akar budayanya, Salam

pey mengatakan...

Semoga ini menjadi titik awal bangkitnya kembali budaya wanita indonesia sejatinya....

catatan salwangga mengatakan...

walah, abot tenan tulisan ki.

zaman akhir pancen nyelot nyata
ing wayah semana mau
tanpa beda prawan utawa jaka
prawan keparep dadi jaka
jaka keparep dadi prawan
sing kudune ngandhut
pengine pethakilan
sing kudune ngayomi
senengane lelenggahan

luwih rowak rawik maneh
mbokne thole pegin macul
pakne thole kon sinau masak
ujare "lanangan kepenak, metu omah
katone golek pangupa jiwa. mulih-mulih nggawa randa.
tanpa ngerti
wong omah jumpalitan ngrumat kluarga"

salah?
ya ora, ning kan wis ana pesthine dhewe-dhewe
aja dumeh kartini wis lahir
banjur disalah-maknane

ya wis ben
zaman cen kudu bubar
cethakna anggonmu malih
cethakna clana ganti jarit,
jarit ganti clana

ngger wis kewolak-walik sak-kabehe
titenana
bumi njempalik
bubar tanpa makna
kabeh mung kagungange gusti kang maha kuwasa

ndang bali ana kodratmu:

aku bangga menjadi perempuan indonesia, pencetak generasi religi. tumpuan kedamaian suami. bukan kiprah dunia harapanku, tapi, bidadari surga impianku.

fien prasetyo mengatakan...

@jenny
itu salah satu yg hrs dperjuangkan bangsa ini

@prima prod
amin..perempuan indonesia hebat2 kok

@salwangga
perempuan yg berdaya berbeda dg menyalahi kodrat...itu yg hrs diluruskan, agar perempuan menyadari akan kewajibannya dan juga HAK-nya

catatan salwangga mengatakan...

sepenuhnya sal sangat setuju dengan konsep : menyadari kewajiban, dan mengerti hak.

cuma, sudah sedemikian bejadkah kaum pria. hak wanita tiada juga diberikan, sehingga keburu meminta.

tiada lagikah perempuan percaya bahwa pria sanggup memenuhi (sebagian besar) hak mereka. sehingga harus turun tangan menuntut hak.

rel itu, sebenarnya cukup kokoh. sangat kokoh malah. laa iqroha fiddien, tidak ada paksaan dalam hal beragama (karena) telah jelas jalan yang benar dari yang sesat.

hanya, banyak sekali manusia tiada lagi kenal akan relnya. jalurnya.

aku sangat merenung membaca postingan ini, "segala sesuatu yang sampai dituntut, tentulah karena tidak diberikannya hak itu"

aku sendiri sering merenung diri saat malam terbangun, "kewajiban apa yang belum aku berikan untuk istriku. jangan sampai ia menuntut dariku".

sorry, bukan berseberangan. just, "alangkah indahnya, sebenarnya, kalau memberi apa yang dibutuhkan tanpa menunggu diminta"

Anonim mengatakan...

Bu ikut baca-baca ya,...heheh boleh kan salam kenal ya,..

www.robyirawan.blogspot.com

fien prasetyo mengatakan...

@salwangga
persoalan bukan pd menerima atau memberi saja, tapi lebih pd membangunkan kesadaran kaum perempuan, seperti halnya ibu kartini membangunkan kesadaran perempuan ttg pendidikan...konteks saat ini mungkin lebih luas, lebih pada perempuan berdaya untuk kemajuan bangsa bukan sekadar urusan prbadi semata...salam

@Roby
silahkan, monggo...salam kenal jg yaa...

@

Anonim mengatakan...

ehmm... nice...
semoga perempuan2 Indonesia sadar dengan identitasnya sebagai perempuan...