Rabu, 12 Maret 2008

Kemiskinan oh kemiskinan

Kalau kita membicarakan masalah kemiskinan rasanya kita tengah berada di dalam sebuah lingkaran setan yang akan terus berputar tanpa batas. Ya, masalah kemiskinan adalah akumulasi dari segala persoalan di semua sisi kehidupan. Politik, sosial, budaya, ekonomi, kesehatan, pendidikan, dll.
Persoalan itu muncul ketika ketimpangan di setiap bidang telah mencapai titik kritis, sehingga "percuma" jika saja dilakukan berbagai macam cara untuk mengatasinya. yang ada kita tinggal menunggu kapan "kematian" itu akan menjemput.
Itulah dogma yg selama ini menjadi trade mark bangsa kita. Dogma yg sejatinya "keliru". yaitu lebih memilih mengobati daripada mencegah.
Seperti kita tahu bahwa beberapa bulan ini kita dikejutkan dengan begitu banyaknya fenomena gizi buruk yang rata-rata dialami oleh kaum miskin. Disisi lain, kasus bunuh diri akibat masalah ekonomi sulit juga meningkat. miris mendengarnya.
Memperbaiki ketimpangan-ketimpangan yang telah "mengakar kuat" seperti melakukan hal yang sia-sia. Sebab tentu saja itu membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Sementara seringkali di tengah proses perbaikan itu terjadi lagi ketimpangan-ketimpangan yang lain. Itulah lingkaran setan yang tidak akan pernah ada putusnya.
Kemiskinan merupakan akumulasi dari semua itu. Bukan hanya menjadi tanggungjawab pemerintah semata, tapi juga kita yang berjiwa "cinta sesama". Memberi bantuan memang gerakan jangka pendek, tapi itu lebih berarti dibanding kita mengharap gerakan jangka panjang yang tidak kunjung ada realisasinya. Ibaratnya, lebih baik sedikit tapi tepat sasaran, daripada banyak tapi salah sasaran.
Kemiskinan sering dianalogikan bahwa miskin harta atau miskin dari segi perekonomian. Padahal kemiskinan di negara kita justru lebih banyak miskin moral. Miskin budi pekerti, miskin hati nurani, ataupun miskin rohani. Dan miskin yang ini justru memiliki tingkat bahaya yang lebih tinggi.
Jika seorang individu telah miskin moral, maka dengan apa kita melakukan gerakan ? Bantuan uang ? barang ? yang jelas, hanya individu itu sendiri yang bisa meng"kaya"kan moralnya sendiri.
Pemerintah selama ini terlihat lebih mengutamakan kebijakan ekonomi daripada kebijakan sosial. Padahal itu tak berlaku lagi di era saat ini. Persoalan sosial adalah persoalan pelik yang tidak kalah pentingnya dengan masalah ekonomi. Ini harus menjadi perhatian yang serius tentunya.
Oleh karena itu, keberadaan pekerja-pekerja sosial (social worker) di negara kita harus diakui dan disejajarkan dengan profesi-profesi yang lain. Sudah saatnya pemerintah memberdayakan social worker kita untuk ikut terjun mengatasi masalah sosial (kemiskinan) yang ada.
Logikanya, kalau ekonomi membutuhkan ekonom, dan kalau sosial tentu saja membutuhkan tenaga sosial.
Gerakan anti kemiskinan hendaknya memang segera dijalankan. Dimana didalamnya terdapat orang-orang dengan berbagai macam disiplin ilmu. Mengingat kemiskinan adalah masalah kompleks dan harus disikapi secara kompleks pula.
Namun, dibalik semua usaha itu, tetapkanlah dulu bahwa keimanan kepada Tuhan YME adalah tonggak dari keberhasilan semua usaha tersebut.

Tidak ada komentar: