Terabaikan…
Sulam benang sutera hampir tak terselesaikan
Setiap ujung jarum tak lagi membentuk makna sempurna
Jatuh…luruh…seperti tersapu angin terhempas ke lantai penuh debu
Terabaikan…
Goresan gambar lukisan sang maestro begitu saja
Kanvas tergeletak patah kakinya diantara kusamnya dinding
Merah, kuning, biru, coklat, hitam, tumpah ruah tanpa arti
Terabaikan…
Coretan tinta kelabu terbacakan pilu di kertas putih
Berisi cerita abadi penyandang derita seumur hidup
Sang penulis cuma bisa terpekur di sudut mimpi masa lalu
Terabaikan…
Jejak langkah keras dalam balut perjuangan sesama
Mendapati suara sumbang yang tak pernah didengar
Kini dia tinggal sendiri dalam sia-sia yang menjelma
Terabaikan…
Denting nada sumbang mengiringi waktu demi waktu
Senarnya putus dan tak bisa bersuara lagi
Dawai-dawai tangannya gemetar menahan ragu akan hari esok
Terabaikan…
Cita-cita yang tak jua punya asa
Sedikit demi sedikit pupus bersama angkuhnya anak didik
Kalah oleh jaman, mengalah demi jaman
Terabaikan…
Renta semakin renta berselimut usia tua
Raga tak lagi bersahabat ‘tuk torehkan kesempatan
Tergilas dunia, terbang sekian jauh tak terbatas…
Sungguh dia terabaikan…
Aek Nabara, maret 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar